kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ojek Online Bisa Jadi Booster Percepatan Industri Kendaraan Elektrik


Kamis, 09 Juni 2022 / 16:52 WIB
Ojek Online Bisa Jadi Booster Percepatan Industri Kendaraan Elektrik
ILUSTRASI. Pengemudi ojek daring mengganti baterai sepeda motor listrik dengan yang sudah penuh terisi di Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) di SPBU Pertamina,


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pakar energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menyambut positif keseriusan pemerintah dalam membangun industri kendaraan elektrik di dalam negeri dengan berbagai fasilitas yang diberikan.

Ia berharap, keseriusan dapat menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara pelopor penggunaan kendaraan elektrik. Apalagi Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia sebagai bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik.

Namun menurut Fahmy, selain fokus pada manufaktur produksi, pemerintah dan pelaku usaha juga perlu melakukan edukasi kepada publik mengenai kendaraan elektrik. Publik sebagai konsumen perlu tahu manfaat dan kelebihan kendaraan elektrik dibanding kendaraan berbahan bakar fosil.

“Jika bisa menyakinkan kepada publik sebagai konsumen, mereka akan sukarela berganti dari mobil fosil ke mobil listrik secara bertahap. Dimulai dari yang sederhana dulu yaitu sepeda motor yang penggunanya sangat banyak,” ujar Fahmy saat dihubungi awak media, Kamis (9/6).

Baca Juga: Begini Kelanjutan Kerja Sama TBS Energi Utama (TOBA) dan Gojek di Kendaraan Listrik

Fahmy lalu menunjuk komunitas ojek online yang saat ini jumlahnya sangat besar di Indonesia. “Sekarang ada ojek online yang terorganisasi sudah pakai motor listrik. Itu bisa jadi contoh bagi pengguna motor lainnya,” katanya.

Hal senada diungkapkan pakar kendaraan elektrik sekaligus Rektor Institut Teknologi (IT) PLN, Iwa Garniwa. Menurutnya, pemerintah harus memiliki prioritas dalam mengembangkan kendaraan elektrik.

“Kita harus bicara prioritas, mana yang mau diprioritaskan dulu. Menurut saya sebaiknya didorong kendaraan roda dua, karena mobil harganya masih tinggi,” ujarnya.

Keingintahuan publik terhadap motor elektrik saat ini memang terbilang cukup tinggi. Hal itu dapat dilihat dari pemesanan layanan GoRide Electric milik Gojek yang meningkat dua kali lipat sejak uji coba dikomersialkan.

Hanya tiga bulan sejak dikomersialkan, jarak tempuh GoRide Electric sudah lebih dari satu juta kilometer dari seluruh mitranya.

Selain peningkatan jumlah order, mitra Gojek yang menggunakan motor listrik juga dapat memangkas biaya operasional hingga Rp 700.000 per bulan. Itu berasal dari penghematan pembelian bahan bakar minyak (BBM), penggantian oli dan aki yang tidak perlu lagi dilakukan.

"Perkembangan positif ini memperkuat semangat kami untuk mewujudkan komitmen GoTo menuju Zero Emission, yaitu menjadi platform karbon-netral dan menargetkan transisi 100% armadanya menjadi kendaraan listrik di 2030," kata Andre Sulistyo, CEO Gojek sekaligus CEO GoTo Group. Saat ini ada lebih dari 1,5 juta driver yang tergabung dalam ekosistem Gojek.

Pandu Sjahrir, Direktur Utama Electrum, produsen kendaraan listrik, melihat tingginya antusias publik terhadap kendaraan listrik, terutama motor, perlu terus dipupuk dengan edukasi yang berkelanjutan.

“Jadi ini merupakan awal yang baik untuk terus mengembangkan ekosistem EV di Indonesia,” kata Pandu.

Baca Juga: Pesanan Kendaraan Listrik Electrum di GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) Naik 2 Kali Lipat

Electrum merupakan integrator yang menginisiasi kolaborasi BUMN dan swasta guna mempercepat terwujudnya ekosistem kendaraan listrik yang terintegrasi di Indonesia.

Electrum, bersama Pertamina, Gogoro, dan Gesits, bersinergi untuk mengakselerasi pengembangan ekosistem kendaraan listrik terintegrasi dan terlengkap di Indonesia.

Untuk mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, TBS bersama Gojek juga telah menyatakan rencana investasi sekitar US$1 miliar selama lima tahun mendatang.

Seperti diketahui, Rabu (8/6/2022) kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi KIT Batang untuk melihat perkembangan pembangunan yang ditargetkan selesai pada akhir tahun 2023. Kawasan ini memiliki luas lahan 4.300 hektare dengan tiga tahap.

Tahap pertama seluas 450 hektare, kedua 1.000 hektare, dan sisanya di tahap ketiga. Dimana dalam kawasan itu ditujukan menjadi pusat manufaktur kendaraan listrik, seperti pabrik baterai kendaraan listrik dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×