Reporter: Nurmayanti | Editor: Test Test
JAKARTA. Departemen perdagangan (Depdag) seperti tak ingin kecolongan. Depdag memperingatkan para pedagang untuk tak sepihak menaikkan harga daging demi keuntungan semata menjelang Lebaran hingga akhir tahun nanti. Jika ada yang berani, Depdag akan menangkalnya dengan menggelar operasi pasar daging.
Menurut Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Depdag Subagyo, operasi pasar untuk menstabilkan harga daging dan meringankan daya beli masyarakat. Tapi, operasi baru digelar jika harga daging di pasar terdongkrak hingga Rp 70.000 per kilogram (kg). “Harga saat ini masih sekitar Rp 50.000 - Rp 60.000 per kg Jadi operasi pasar belum dilakukan,” ujar Subagyo, Jumat (19/9).
Subagyo mengaku, operasi pasar adalah usaha terakhir pemerintah untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok, seperti daging. Sebelum operasi terlaksana, pemerintah berwenang menekan distributor agar menambah pasokannya. Itu pun jika harga terus melambung.
Pemerintah tak mempunyai kewenangan lain untuk mencampuri atau menentukan harga. Sebab, besaran harga kebutuhan tergantung pasar. Artinya, perkembangan kebutuhan dan pasokan adalah faktor pembentuk harga di pasar.
Rata-rata, ia mengklaim, pasokan dan harga daging bulan ini stabil. Data 32 dinas perindustrian dan perdagangan di kota-kota di Indonesia menunjukkan, harga daging berkisar Rp 60.000. Sementara stok maupun kebutuhan seimbang sebanyak 58,4 ribu ton. Stok ini berasal dari produksi dalam negeri 145.000 ton dan impor 24.000 ton.
Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Teguh Budiyana menyatakan, harga daging Rp 70.000 per kg masih batasan normal. “Rantai tata niaga daging kan mencapai beberapa lapis. Jadi kalau Rp 70.000 itu adalah dari pembentukan harga,” ujar teguh. Dia mengatakan, harga daging terbentuk sesuai mekanisme pasar. Distributor pun tak bisa menentukan harga ketika daging telah di tangan pengecer.