kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Optimasi potensi 85% cadangan migas butuh akselerasi infrastruktur


Minggu, 18 April 2021 / 21:32 WIB
Optimasi potensi 85% cadangan migas butuh akselerasi infrastruktur
ILUSTRASI. Kilang minyak Pertamina Balongan di Indramayu, Jawa Barat.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya pemerintah dalam mendorong optimasi potensi cadangan minyak dan gas bumi (migas) dinilai membutuhkan akselerasi pembangunan infrastruktur.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengungkapkan, pengembangan infrastruktur merupakan poin penting pasalnya saat ini 85% cadangan migas ada di kawasan Indonesia Timur sementara 85% pengguna justru ada di Indonesia Barat.

"Mau tidak mau infrastruktur jadi kunci," ujar Komaidi di Jakarta, Sabtu (17/4).

Komaidi menambahkan, gas yang dihasilkan di Indonesia Timur tidak bisa dibawa begitu saja. Melainkan gas tersebut harus dikonversi menjadi gas alam cari atau Liquified Natural Gas (LNG) terlebih dahulu.

Komaidi memastikan, dengan langkah tersebut maka ada tambahan biaya yang harus dikeluarkan tiap perusahaan dan membuatnya menjadi mahal.

Baca Juga: Hingga Febuari 2021, Wintermar Offshore (WINS) kantongi kontrak sebesar US$ 66 juta

Adapun, opsi kedua yakni dengan pembangunan infrastruktur pipa transmisi dan distribusi. Namun Komaidi mengingatkan untuk investasi membangun infrastruktur pipa gas tersebut, tentu harus mempertimbangkan keekonomian proyek, serta komitmen dari pembeli gas.

"Ini seperti investasi di jalan tol akan menghitung berapa yang lewat sampai investasi kembali, di gas juga begitu," jelas Komaidi.

Di tengah kebutuhan investasi tersebut, Komaidi menilai seluruh rantai bisnis gas sedang mengalami kesulitan. Salah satu penyebabnya yakni kebijakan penetapan harga gas untuk sebesar US$ 6 per MMBTU yang dinilai membuat keuntungan badan usaha menipis hingga merugi.

Kondisi ini dinilai menyulitkan kegiatan investasi badan usaha. "Ini akar permasalahannya bukan hanya dialami PGN, tapi seluruh mata rantai bisnis gas, saya rasa bisa mati bareng-bareng," sambung Komaidi.

Baca Juga: Kapal VLCC Pertamina siap pasok energi nasional

Sementara itu, pemerhati migas Dian Nurul Fitria menilai pembangunan infrastruktur gas sangat penting untuk meningkatkan ketahanan energi.

Akan tetapi, menurut Dian kondisi ini patut disayangkan mengingat pembangunan yang belum masif.

"Memang situasi ini penting buat Indonesia karena kita pulau-pulau sehingga transmisi pipa gas sangat dibutuhkan," tukas Dian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×