Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) melihat sejumlah prospek bisnis yang cerah di 2022, salah satunya penjualan segmen jasa peledakan ke industri batubara. Maka dari itu, pihaknya berani memproyeksikan penjualan tahun ini lebih tinggi dibandingkan 2021.
Direktur Utama Ancora Indonesia Resources, Rolaw P Samosir memaparkan segmen bisnis yang memberikan kontribusi paling tinggi pada OKAS adalah segmen jasa peledak yang dijalankan oleh anak usaha PT Multi Nitrotama Kimia (MNK). Sampai dengan September 2021 kontribusi penjualan MNK terhadap OKAS mencapai sekitar 86%.
Rolaw mengatakan, seperti yang diketahui, pada 2021 harga batubara mengalami kenaikan yang cukup signifikan, hal ini menjadi potensi peningkatan kerja di Multi Nitrotama Kimia. "Target di MNK, kami masih melihat khusus di industri batubara," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (4/1).
Baca Juga: Saraswanti Anugerah (SAMF) Bidik Penjualan Rp 2,4 Triliun Tahun Depan
Namun yang perlu diingat, harga jual produk MNK kepada pelanggan tidak berhubungan langsung dengan kenaikan harga jual batubara. Pasalnya, harga jual produk MNK lebih dipengaruhi naik dan turunnya harga amonia di mana margin yang besar disumbangkan oleh produk asam nitrat.
Lantas kaitannya dengan harga batubara, pihak OKAS berharap dengan semakin bergairahnya industri batubara di 2022, diharapkan permintaan produk MNK semakin moncer.
Di sepanjang 2022, Rolaw menargetkan volume penjualan amonium nitrat sebanyak 118.000 MT atau ada peningkatan sebesar 7.000 MT dari target sampai dengan akhir tahun 2021 yang sebesar 111.000 MT.
Sedangkan untuk penjualan detonator sampai dengan 2021 diproyeksikan sebesar 3,3 juta pcs. Adapun proyeksi di sepanjang 2022 naik menjadi 3,4 juta sampai 3,5 juta pcs.
Baca Juga: Soal Peluang Kerja Sama Pengeboran dengan PHR di Blok Rokan, Begini Tanggapan APEX
Untuk mendukung target tersebut, Rolaw menjelaskan pihaknya akan meningkatkan penjualan blasting sehingga memerlukan belanja modal (capex) di MNK. Sebagai gambaran sampai akhir 2021 diperkirakan belanja modal di MNK mencapai US$ 930.000 sedangkan di 2022 diperkirakan kurang lebih US$ 2 juta.
Di segmen anak usahanya lain yang bergerak di jasa pengeboran migas yakni oleh PT Bormindo Nusantara, Rolaw melihat akan ada peningkatan utilisasi rig di sepanjang 2022.
"Kami masih mengikuti tender dengan Pertamina, seperti yang kita ketahui bahwa di bulan Agustus 2021 pengelolaan minyak di blok Rokan telah beralih dari Chevron Pacific Indonesia kepada Pertamina. Di mana Pertamina saat ini sudah mulai aktif untuk melakukan pengeboran yang terlihat hasilnya pada ahun lalu rig Bormindo yang beropasi hanya 4 rig, sedangkan sampai dengan akhir 2021 kurang lebih 7 sampai 8 rig yang beropasi," jelasnya.
Sesungguhnya, operasional base dan area tempat lokasi rig Bormindo semuanya ada di Duri karena awalnya untuk menangkap target market yang cukup besar di Chevron. Namun sekarang Pertamina telah menggantikan Chevron dan sedang aktif melakukan pengeboran sehingga secara service dan lokasi akan lebih menguntungkan bagi Bormindo dibandingkan dengan kompetitor.
Baca Juga: Saraswanti Anugerah (SAMF) Bidik Penjualan Rp 2,4 Triliun pada 2022, Ini Strateginya
Adapun dengan semakin gencarnya Pertamina melakukan pengeboran di Rokan, Rolaw memproyeksikan pada 2022 utlilisasi rig bisa semakin meningkat, yakni mencapai 9 rig sampai 10 rig.
Lantas, untuk mendukung peningkatan utilisasi rig, Rolaw mengungkapkan, belanja modal di Bormindo juga akan ditingkatkan. Sebagai gambaran, sampai dengan akhir tahun 2021 capex di Bormindo senilai US$ 1,1 juta yang lebih banyak
untuk maintenance penggunaan rig karena setiap rig yang akan dioperasikan memerlukan dana sparepart dan lainnya. Adapun di 2022 pihaknya menargetkan ada kenaikan belanja modal menjadi US$ 3 juta di Bormindo.
Seiring dengan naiknya volume penjualan produk di segmen jasa peledak dan utilisasi rig di 2022, Rolaw memproyeksikan target kinerja penjualan di tahun ini akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi sebesar US$ 125 juta, di mana EBITDA 2022 diharapkan mencapai US$ 20 juta.
Apabila dibandingkan dengan proyeksi penjualan di 2021 yang mencapai US$ 109 juta sampai dengan US$ 110 juta, maka manajemen OKAS memproyeksikan ada kenaikan pendapatan di 2022 sekitar 13% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News