Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gelombang Covid-19 di berbagai wilayah menghambat agenda ekspansi pasar PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) ke sejumlah wilayah di mancanegara pada tahun ini.
Direktur Utama ITIC Djonny Saksono mengatakan, pembukaan pasar ekspor baru terbilang sulit untuk dilakukan gara-gara akses kunjungan luar negeri yang tidak mudah. Walhasil, ITIC memutuskan untuk menunda agenda ekspansi pasarnya untuk sementara waktu.
“Untuk membuka pasar baru, kita kan harus mencari agen/distributor di tempat baru itu, bertemu mereka untuk membahas kerja sama, (membahas) produknya seperti apa, kemasannya seperti apa, rasa nya seperti apa, kualitas dan harganya seperti apa, Ini yg susah,” ujar Djonny kepada Kontan.co.id, Kamis (24/6).
Sedikit kilas balik, mulanya ITIC berencana menjajaki peluang ekspor ke sejumlah target pasar baru seperti Afrika Selatan, Taiwan, India, dan China. Kebetulan, tembakau iris yang dikenal sebagai roll your own (RYO) cigarette memiliki prospek yang cukup menjanjikan di keempat wilayah.
Baca Juga: Indonesian Tobacco (ITIC) catat kinerja positif pada kuartal I, ini pendorongnya
Di Afrika Selatan misalnya, tembakau iris cukup digemari lantaran harga rokok yang cukup mahal. Prospek pasar tembakau iris di China dan India juga tidak kalah menjanjikan mengingat angka populasi di kedua negara tersebut yang cukup banyak.
Meski agenda ekspansi pasar terhambat, Djonny memastikan bahwa penjualan ekspor perusahaan ke target ekspor eksisting masih berjalan dengan baik, sebab pengiriman produk ke target-target pasar eksisting dapat dilakukan secara rutin.
Penjualan di pasar domestiknya juga diklaim sama belaka. Oleh karenanya, ITIC masih optimistis mengejar target pertumbuhan tahunan sekitar 10% untuk kinerja top line dan bottom line pada tahun ini.
Agar target bisa dicapai, ITIC berstrategi untuk lebih aktif melakukan pemerataan distribusi ke setiap titik distribusi yang ada serta aktif melakukan promosi.
“(Bentuk promosinya) pasang stiker iklan di kios-kios atau warung-warung, layar toko, membagikan kaos via distributor, serta (membagikan) product sampling,” terang Djonny.
Baca Juga: Dorong kinerja, begini strategi Indonesian Tobacco (ITIC) tahun ini
Untuk diketahui, mengutip laporan keuangan interim perusahaan, ITIC membukukan penjualan sebesar Rp 45,79 miliar pada kuartal I 2021 lalu, naik 1,95% dibanding realisasi penjualan kuartal I 2020 yang sebesar Rp 44,91 miliar.
Seiring penjualan yang bertumbuh, laba bersih ITIC ikut mendaki 9,09% secara tahunan alias year-on-year (yoy) dari semula Rp 1,66 miliar di kuartal I 2020 menjadi Rp 1,79 miliar di kuartal I 2021.
Meski persentase ceruk pasar tembakau iris di kedua negara tersebut terbilang kecil, populasi penduduk yang tinggi di India dan China membuat prospek tembakau iris kedua negara menjadi menarik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News