Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
Meski agenda ekspansi pasar terhambat, Djonny memastikan bahwa penjualan ekspor perusahaan ke target ekspor eksisting masih berjalan dengan baik, sebab pengiriman produk ke target-target pasar eksisting dapat dilakukan secara rutin.
Penjualan di pasar domestiknya juga diklaim sama belaka. Oleh karenanya, ITIC masih optimistis mengejar target pertumbuhan tahunan sekitar 10% untuk kinerja top line dan bottom line pada tahun ini.
Agar target bisa dicapai, ITIC berstrategi untuk lebih aktif melakukan pemerataan distribusi ke setiap titik distribusi yang ada serta aktif melakukan promosi.
“(Bentuk promosinya) pasang stiker iklan di kios-kios atau warung-warung, layar toko, membagikan kaos via distributor, serta (membagikan) product sampling,” terang Djonny.
Baca Juga: Dorong kinerja, begini strategi Indonesian Tobacco (ITIC) tahun ini
Untuk diketahui, mengutip laporan keuangan interim perusahaan, ITIC membukukan penjualan sebesar Rp 45,79 miliar pada kuartal I 2021 lalu, naik 1,95% dibanding realisasi penjualan kuartal I 2020 yang sebesar Rp 44,91 miliar.
Seiring penjualan yang bertumbuh, laba bersih ITIC ikut mendaki 9,09% secara tahunan alias year-on-year (yoy) dari semula Rp 1,66 miliar di kuartal I 2020 menjadi Rp 1,79 miliar di kuartal I 2021.
Meski persentase ceruk pasar tembakau iris di kedua negara tersebut terbilang kecil, populasi penduduk yang tinggi di India dan China membuat prospek tembakau iris kedua negara menjadi menarik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News