Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
Menurut Jabin, saat ini hanya tersisa 7 smelter timah yang masih bertahan. Kendati begitu, Jabin mengatakan bahwa jumlah itu sudah lebih dari cukup, lantaran kapasitas pemurnian 7 smelter itu mampu memenuhi kebutuhan pengolahan timah.
"Sudah lebih dari cukup untuk mengolah semua produksi tambang timah. Malah masih ada kapasitas terpasang yang lebih dari 7 smelter yang sedang operasi," sebut Jabin.
Dia bilang, pengembangan timah di Indonesia sejatinya masih memiliki prospek yang cerah. Namun, hal itu harus didukung dengan adanya penemuan dan pembuktian cadangan baru.
"Pemerintah bisa mendukung dengan menyesuaikan zona tata ruang untuk lebih sesuai dengan keberadaan cadangan timah," imbuh Jabin.
Baca Juga: Permintaan naik, harga tembaga paling moncer di semester I
Adapun, merujuk data dari Direktorat Jenderal Minerba Kementerian ESDM, produksi timah dalam logam di Indonesia memang berfluktuasi dalam lima tahun terakhir. Namun, volumenya terjaga di level 70.000 ton - 80.000 ton.
Hanya pada tahun 2016, produksi logam timah hanya mencapai 62.877 ton. Selebihnya, selalu di atas 70.000 ton. Pada tahun 2017 misalnya, produksi logam timah tercatat sebesar 78.070 ton, dan meroket setahun kemudian menjadi 83.015 ton.
Lalu, turun menjadi 76.100 ton pada tahun 2019, dan pada tahun ini produksi logam timah ditargetkan di angka 70.000 ton. Hingga 6 Maret 2020, realisasi produksi logam timah baru mencapai 6.059 ton atau 9,3% dari target.
Baca Juga: Harga komoditas kurang atraktif sepekan ini, simak rekomendasi Mirae Asset Sekuritas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News