Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Penjualan mobil dan properti tahun ini berimbas positif pada industri kaca lembaran. Kalangan pengusaha kaca menghitung, penjualan kaca lembaran tahun ini bisa mencapai 1,15 juta ton, tumbuh 8,49% dari tahun 2010. Soalnya, sepanjang Januari - September 2011, total penjualan kaca lembaran sudah mencapai sekitar 840.000 ton.
Samuel Rumbajan, Ketua Umum Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP), menyatakan, penjualan mobil selalu berbanding lurus dengan bisnis kaca lembaran. Soalnya, industri otomotif menyerap 25% produksi industri kaca lembaran lokal, dan sisanya diserap industri properti.
"Bila penjualan mobil bisa mencapai 870.000 - 900.000 unit, ini bisa mendorong pertumbuhan penjualan kaca sebesar 3%, ditambah dengan sektor properti, total bisa mencapai 8,49%," kata Samuel, Senin (10/10).
Bila tercapai, pertumbuhan 2012 ini lebih tinggi dari pertumbuhan di tahun 2010 yang hanya 6% dibanding tahun 2009. Perkiraan awal tahun ini hanya 5%-6% saja.
Bahkan, APKL sempat ingin merevisi target tersebut karena bencana tsunami di Jepang yang mengganggu pasokan mobil ke Indonesia.
Volume penjualan kaca lembaran pada semester I 2011 sendiri mencapai sekitar 540.000 ton. "Penjualan stagnan dibandingkan tahun lalu. Untung saja mulai semester II, pasokan mobil sudah normal, dan permintaan terus meningkat," tandas Samuel.
Ke depan, Samuel optimis, permintaan kaca lembaran terus meningkat. Ia memperkirakan, krisis global saat ini tidak akan mempengaruhi industri kaca ini. Soalnya, 90% pangsa pasar industri ini adalah domestik. "Indonesia punya fundamental yang kuat untuk menghadapi krisis," tegas Samuel.
Namun, Samuel mengingatkan, industri ini butuh dukungan berupa pasokan gas. Saat ini, dari kebutuhan gas sekitar 50-60 juta kaki kubik (mmscfd), baru terpenuhi 20-30 mmscfd. Padahal, industri kaca lembaran harus meningkatkan mengoptimalkan produksi. Secara nasional, kapasitas produksi kaca lembaran sebesar 1,4 juta ton, dengan utilisasi 85%.
Franky Sibarani, Wakil Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), mengatakan, industri sudah memiliki kesepakatan dengan Perusahaan Gas Negara (PGN) soal pasokan gas. "Tapi pasokan gas untuk industri tetap dinomorduakan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News