Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar mobil dalam negeri diperkirakan masih akan lesu hingga penghujung semester pertama tahun ini. Dalam hal ini, wacana relaksasi kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diperkirakan tidak akan banyak memengaruhi permintaan mobil.
Seperti diketahui, belakangan muncul wacana pemberlakuan pelonggaran kebijakan PSBB. Pemerintah sendiri dikabarkan tengah melakukan berbagai macam kajian dan penelitian sebagai bentuk persiapan relaksasi PSBB.
Baca Juga: Bisnis Putra Mandiri Jembar (PMJS) terpapar penyebaran covid-19
Asal tahu saja, menurut catatan Kontan.co.id (21/5), sebelumnya kebijakan PSBB sempat diduga menjadi salah satu faktor penyebab anjloknya pasar otomotif di bulan April. Asal tahu saja, pada bulan April 2020 lalu total penjualan ritel mobil secara nasional di dalam negeri hanya tercatat sebesar 24.276 unit. Padahal, sebelumnya penjualan ritel nasional di pasar domestik tercatat mencapai 80.622 unit.
Sejalan dengan hal ini, total penjualan ritel mobil secara nasional di empat bulan pertama anjlok menjadi sebesar 243.634 unit. Sebelumnya, penjualan ritel nasional tercatat mencapai 340.85 unit di periode yang sama tahun lalu.
"Penurunan penjualan mobil ini disebabkan karena wabah corona dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)," kata Kukuh Kumara, Sekretaris Jenderal Gaikindo, kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu.
Kendati demikian, wacana relaksasi PSBB diperkirakan tidak serta merta mampu mengungkit permintaan mobil di pasar domestik. Anton Jimmi Suwandi selaku Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) menjelaskan, selain dipengaruhi PSBB, tinggi rendahnya permintaan mobil bergantung pada beberapa hal seperti misalnya perekonomian nasional, kemudahan pengajuan kredit kendaraan bermotor ke pihak perusahaan pembiayaan (leasing), dan sebagainya.
Baca Juga: Mitsubishi tebar promo, cicilan Xpander mulai Rp 3 jutaan hingga bunga 0%
Anton sendiri mengaku masih mengkaji bagaimana perkembangan kedua faktor lainnya tersebut pada sisa dua bulan terakhir di semester pertama tahun ini. Oleh karenanya di tengah ketidakpastian tersebut, pihaknya saat ini memfokuskan perhatian untuk menjaga perolehan pangsa pasar ritel alih-alih mengejar target volume penjualan.
“Target kita adalah posisi nomor satu dengan marketshare yang cukup baik di atas 31%,” ujar Anton saat dihubungi oleh Kontan.co.id pada Selasa (26/5).
Pandangan yang serupa juga dijumpai pada agen pemegang merek (APM) lainnya. Amelia Tjandra, Marketing Director PT Astra Daihatsu Motor (ADM) mengatakan bahwa permintaan mobil sangat bergantung pada daya beli masyarkat. Sementara daya masyarakat sendiri dipengaruhi oleh kondisi perekonomian nasional.
Dengan menggunakan kerangka berpikir tersebut, Amelia memperkirakan pasar otomotif akan kembali anjlok di bulan Mei dengan tingkat penurunan yang lebih parah dibanding bulan April. Prediksi Amelia, pasar mobil baru mulai akan kembali terungkit sedikit di bulan Juni 2020.
Baca Juga: Hari pertama lebaran, arus mudik tercatat 37.878 kendaraan
Adapun di sepanjang semester I 2020 ini, ADM menargetkan bisa menjaga pangsa pasar ritel di level 17%. “Juni akan lebih baik dari Mei tapi tetap sangat rendah dibanding 2019,” kata Amelia kepada Kontan.co.id pada Selasa (26/5).
Jongkie Sugiarto, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Indonesia (GAIKINDO) memperkirakan angka penjualan mobil di sepanjang paruh pertama tahun ini akan berada di sekitar angka 275.000 unit. Asumsi ini berdasar pada daya beli masyarakat yang dinilai belum begitu kuat.
“Relaksasi PSBB tidak serta merta bisa meningkatkan daya beli masyarakat,” kata Jongkie kepada Kontan.co.id pada Selasa (26/5).
Baca Juga: Ini sektor yang catat kenaikan dan penurunan kinerja pasca laporan kuartal I 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News