kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar pupuk domestik oversupply, ekspor terganjal


Jumat, 04 Agustus 2017 / 08:54 WIB
Pasar pupuk domestik oversupply, ekspor terganjal


Reporter: Choirun Nisa | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Dalam lima tahun terakhir sejak 2012, produksi pupuk PT Pupuk Indonesia merambat turun. Total produksi Pupuk Indonesia sepanjang tahun lalu mencapai 10,5 juta ton. Ini adalah produksi terendah Pupuk Indonesia dalam lima tahun terakhir. 

Tahun 2015, Pupuk Indonesia memproduksi 10,9 juta ton pupuk. Produksi rata-rata dalam lima tahun terakhir mencapai 11,08 juta ton. Sedangkan total kapasitas produksi Pupuk Indonesia mencapai 13,19 juta ton per tahun. Berdasarkan data Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia, total permintaan pupuk sepanjang tahun lalu mencapai 10,15 juta ton, tidak termasuk pupuk organik.

Kondisi ini tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi pun di dunia. "Kapasitas produksi urea dunia itu 228 juta ton per tahun. Sedangkan konsumsi 177 juta ton per tahun. Banyak yang oversupply," ujar Mulyono Prawiro, Direktur Utama PT Pusri Palembang yang merupakan anggota holding Pupuk Indonesia.

Untuk mengatasi hal ini, kini Pupuk Indonesia mulai mengefisiensi produksi pupuknya sembari terus menjualkan pupuk dengan harapan harga gas dapat lebih diturunkan pemerintah dari keadaan saat ini yang berkisar di US$ 9. "Karena harga gas itu key factor dalam bisnis urea dan pupuk," pungkas Mulyono.

Sebenarnya, Pupuk Indonesia dapat menempati peringkat lima teratas dalam hal produksi pupuk di dunia. Namun dalam harga penjualan, Pupuk Indonesia sangat jauh dari empat negara lain dalam peringkat.

Mulyono mengatakan, untuk pupuk urea, Pupuk Indonesia menempati peringkat kedua dalam produksi setelah Acron Group di Rusia. Untuk pupuk NPK, Indonesia menempati peringkat kedua produksi setelah Yara International di Norwegia. Sementara untuk pupuk amonia, Indonesia menempati peringkat ketiga produksi setelah CF Industries di Amerika Serikat (AS) dan Yara.

Meski dalam hasil produksi Indonesia memproduksi banyak pupuk, tetapi penjualan pupuk Indonesia ternyata tidak berbanding lurus. Hal ini disebabkan harga pupuk Indonesia yang tergolong mahal dibanding negara-negara lain penghasil pupuk. "Karena harga gas di Indonesia juga mahal," kata Mulyono.

Mulyono menjelaskan, untuk perbandingan biaya produksi urea misalnya, dari delapan negara penghasil pupuk, Indonesia memiliki harga gas paling tinggi. Harga ini didapat dengan menjumlah biaya gas dan biaya tetap. 

Untuk Aljazair, harga gasnya US$ 1 per ton, Sub Sahara Afrika US$ 1 per ton, Venezuela US$ 1 per ton, Timur tengah US$ 1,4 per ton, AS US$ 2,4 per ton, Rusia US$ 2 per ton, Tiongkok US$ 5,06 , dan Indonesia US$ 5,15 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×