kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar tertekan virus corona, produksi dan penjualan Timah (TINS) ditaksir turun


Kamis, 16 April 2020 / 07:35 WIB
Pasar tertekan virus corona, produksi dan penjualan Timah (TINS) ditaksir turun
ILUSTRASI. Tambang timah PT Timah Tbk di Pemali, Bangka


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

Dalam pemberitaan sebelumnya, Direktur Utama TINS Riza Pahlevi mengatakan pada pertengahan Maret lalu, anggota indeks Kompas100 ini, menurunkan produksi dan menahan penjualan hingga harga dinilai menguntungkan perusahaan. Hal itu dilakukan sembari mencermati perkembangan pasar untuk mengakselerasi penjualan, terutama pasar ekspor.

Riza menyebutkan, penurunan produksi mencapai 20%-30% dari target bulanan yang telah ditetapkan perusahaan. "Sekitar 20%-30% produksi yang kami kurangi dari target bulanan," tegas dia.

Lebih lanjut, Abdullah bilang, penjualan logam TINS memang didominasi oleh penjualan ekspor dengan porsi mencapai lebih dari 95%. "(Pasar ekspor) lebih banyak ke negara-negara industri elektronika di Asia. Dampak (virus corona) tentu pada volatilitas harga logamnya," katanya.

Baca Juga: Timah (TINS) Merevisi Laporan Keuangan Tahun 2018, Ada Apa?

Di tengah kondisi pandemi seperti saat ini, TINS pun membuka opsi untuk melakukan revisi pada Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAB) di tahun ini. Abdullah bilang, revisi akan dilakukan dengan mencermati dampak Covid-19 di Q1 dan Q2, serta ketika selisih dari realisasi dan rencana sudah di atas 20%.

"Sesuai regulasi, revisi RKAP TINS akan dilakukan apabila terjadi selisih atau gap lebih dari 20% dengan realisasi. Penyesuaian tentunya melihat hasil Q1 atau Q2 apakah gap, karena efek pandemi Covid-19 cukup signifikan," terangnya.

Sebagai informasi, pada tahun 2019 lalu TINS mencatatkan kinerja keuangan yang kurang memuaskan. Sepanjang tahun lalu, TINS membukukan pendapatan sebesar Rp 19,30 triliun. Angka itu memang melonjak 75,13% dari pendapatan tahun 2018 yang sebesar Rp 11,02 triliun.

Namun, TINS harus menanggung rugi tahun berjalan yang diatribusikan pada entitas induk Rp 611,28 miliar seiring dengan kenaikan beban pendapatan usaha serta beban umum dan administrasi. Padahal, pada tahun 2018 TINS masih mengantongi laba bersih Rp 132,29 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×