kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasca merugi Rp 11 triliun di semester I 2020, ini strategi yang dilakukan Pertamina


Senin, 31 Agustus 2020 / 19:00 WIB
Pasca merugi Rp 11 triliun di semester I 2020, ini strategi yang dilakukan Pertamina
ILUSTRASI. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati (kanan) mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (31/8/2020). Rapat tersebut membahas tugas dan fungsi ISC sebagai pengganti Petral untu


Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) menjamin siap melakukan sejumlah strategi demi memperbaiki kinerja di sisa tahun ini pasca menderita rugi bersih mencapai Rp 11 triliun di semester I 2020.

Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini mengungkapkan demi mengatasi triple shock yang dihadapi pada tahun ini pihaknya memetakan sejumlah strategi yang sudah dan akan dilakukan. "Yang terpenting adalah bagaimana supaya Pertamina tidak rugi (akhir tahun)," ungkap Emma dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Senin (31/8).

Ema menjelaskan, ada sembilan strategi yang dilakukan yakni, Pertama melakukan efisiensi capex dan opex. Ia memastikan sejak Maret lalu Pertamina telah melakukan efisiensi setara US$ 4,7 miliar atau setara Rp 70 triliun. "Dari besaran tersebut, capex sebesar US$ 1,7 miliar dan opex sebesar US$ 3 miliar," jelas Emma.

Kedua, menjaga produksi migas untuk menekan volume impor. Ia memastikan selama pandemi covid-19 angka impor Pertamina tercatat menurun pasalnya tangki dan inventory Pertamina telah penuh. Ditambah terjadi penurunan demand selama pandemi berlangsung.

Baca Juga: Pertamina realisasikan rata-rata TKDN 54% hingga tengah tahun 2020

Ketiga, optimalisasi program Pertamina Loyalty dan Program Diskon untuk meningkatkan pendapatan. Keempat, renegosiasi kontrak dengan mata uang asing untuk dibayar menggunakan IDR (rupiah). Kelima, efisiensi konsumsi energi dengan mengganti penggunaan refinery fuel dengan natural gas.

Keenam, menurunkan Integrated Port Time untuk menurunkan beban pokok penjualan. Ketujuh, melaksanakan transformasi digital melalui digitalisasi SPBU dan controlised procurement. Kedelapan, inventory build up dengan memaksimalkan manajemen time to buy untuk membeli minyak saat harga minyak rendah.

Terakhir, melakukan mitigasi resiko selisih kurs dan meningkatkan cashflow.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×