Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pasokan kelapa di dalam negeri mengalami kelangkaan sejak Ramadan 2025 hingga pertengahan April 2025. Kondisi ini menyebabkan harga kelapa melonjak tajam di pasaran.
Menteri Perdagangan Budi Santoso menyatakan, kelangkaan tersebut terjadi karena sebagian besar hasil panen kelapa diekspor oleh pelaku usaha. Ia menjelaskan bahwa harga ekspor kelapa jauh lebih tinggi dibandingkan harga jual di pasar domestik.
“Harga ekspornya memang lebih tinggi daripada harga dalam negeri. Karena semua diekspor, akhirnya kelapa menjadi langka di dalam negeri,” ujar Budi di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (17/4).
Baca Juga: Harga Kelapa Meroket, Mendag Ungkap Penyebabnya
Merespons kondisi ini, Kementerian Perdagangan telah memfasilitasi pertemuan antara pelaku industri pengolahan kelapa dan eksportir untuk mencari solusi bersama.
Budi menegaskan pentingnya kesepakatan agar pasokan dalam negeri tetap terjaga tanpa merugikan petani dan eksportir.
“Kita di dalam negeri juga membutuhkan kelapa. Namun, jika harga terlalu murah, petani dan eksportir tidak tertarik. Maka, perlu dicari kesepakatan yang lebih baik,” jelasnya.
Baca Juga: Pemerintah Batasi Ekspor Limbah Sawit, Begini Respon Gapki
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia telah mengekspor 71.077 ton kelapa bulat selama Januari–Februari 2025. Dari jumlah tersebut, lebih dari 68.000 ton dikirim ke China, yang menjadi negara tujuan ekspor utama.
Akibat kelangkaan tersebut, harga kelapa parut di pasar mengalami lonjakan drastis, mencapai Rp 20.000 hingga Rp 25.000 per butir. Sebelumnya, harga kelapa hanya berkisar Rp 10.000 per butir.
Selanjutnya: Emiten Sektor Konsumer dan Ritel Bakal Tertekan Imbas Turunnya Keyakinan Konsumen
Menarik Dibaca: Hujan Petir Melanda Daerah Ini, Berikut Prediksi Cuaca Besok (18/4) di Jawa Timur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News