kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pelaku Industri kabel sambut baik proyek 35.000 MW


Minggu, 18 Januari 2015 / 19:05 WIB
Pelaku Industri kabel sambut baik proyek 35.000 MW
ILUSTRASI. Aksi protes di depan kedutaan Swedia setelah Rasmus Paludan, pemimpin partai politik sayap kanan Denmark Garis Keras membakar Al-Quran di dekat Kedutaan Besar Turki di Stockholm, di Kuala Lumpur, Malaysia, 27 Januari 2023.


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Rencana pemerintah untuk membangun pembangkit listrik dengan kapasitas total sebesar 35.000 megawatt disambut baik oleh pelaku industri kabel nasional. Proyek pembangunan listrik itu dinilai bakal memberikan prospek untuk industri kabel hingga 10 tahun ke depan.

Noval Jamalullail, Ketua Asosiasi Pabrik Kabel Listrik Indonesia (Apkabel) menyambut baik rencana pembangunan pembangkit listrik 35.000 megawatt oleh pemerintah. "Kami senang sekali. Tidak ada listrik yang tidak mengalir tanpa kabel, tentu proyek itu jadi pendorong untuk industri kabel Indonesia," ujar Noval pada KONTAN, Minggu (18/1).

Namun ia tidak bisa memberikan gambaran berapa besar keuntungan yang bisa diperoleh oleh perusahaan kabel dari proyek tersebut. Pasalnya dia menjelaskan perusahaan yang dapat proyek atau menang tender belum tentu perusahaan tersebut bakal serta merta mendulang keuntungan. 

Pangkal persoalannya adalah Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pembeli kabel, menggunakan mekanisme tender Kontrak Harga Satuan (KHS) yang berlaku fixed price (harga tetap) hingga satu tahun. Hal ini dinilai memberatkan karena dalam setahun bisa terjadi fluktuasi harga material kabel yang dibarengi dengan fluktuasi kurs. 

"Bahan baku kami alumunium dan tembaga yang kami beli menggunakan kurs dollar. Seperti diketahui kurs dollar terhadap rupiah fluktuatif. Belum lagi harga alumunium dan tembaga di London Metal Exchange juga terus berubah," ujar Noval. Ia mengatakan dengan kontrak harga kabel yang dipatok sama sepanjang tahun, namun tidak melihat kenaikkan harga bahan baku, tentu mengakibatkan kerugian di perusahaan kabel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×