kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelindo II tunda ekspansi pelabuhan ke luar negeri


Minggu, 26 Juli 2020 / 14:28 WIB
Pelindo II tunda ekspansi pelabuhan ke luar negeri


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adanya risiko resesi global akibat pandemi virus Covid-19 membuat PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo) atau  Indonesia Port Corporation (IPC) menunda rencana ekspansi akuisisi pelabuhan di luar negeri dan fokus pada pengembangan domestik guna meningkatkan gairah perekonomian nasional.

Direktur Utama Pelindo II Arif Suhartono mengatakan, Covid-19 memberi pelajaran bagi perusahaannya dan melakukan revisi strategi bisnis terutama dari sisi ekspansi pelabuhan di luar negeri.

"Ada beberapa pelabuhan yang kami bidik seperti Vietnam dan Bangladesh, kelihatannya mereka juga terhantam cukup berat, pasti ini akan kami review ulang," jelas Arif kepada kontan.co.id, Sabtu (25/7).

Baca Juga: Terdampak pandemi, IPC catat penurunan arus peti kemas di semester I

Dengan demikian, fokusnya kini lebih ke pengembangan domestik guna meningkatkan gairah perekonomian nasional. Pihaknya pun mesti melakukan penyesuaian terkait situasi yang ada. "Kami coba memaksimalkan sisi domestik pelabuhan-pelabuhan lain, kolaborasi membangun di wilayah timur di nasional manfaatnya," katanya.

Seperti diketahui, pada semester I-2020, IPC terus melanjutkan ekspansi pembangunan terminal baru yaitu Terminal Kijing, dimana saat ini progress pembangunannya sudah mencapai lebih dari 70%. "Kami rencanakan segera softlaunching dan mulai beroperasi pada triwulan III 2020," jelas Arif.

Pada Semester II IPC akan fokus untuk melanjutkan penyelesaian proyek yang telah berjalan yaitu Pembangunan Terminal Kijing. Investasi Pembangunan Terminal Kijing Tahap inisial sampai dengan semester I 2020 telah terserap kurang lebih Rp 2,37 triliun yang digunakan untuk pengadaan tanah, pembangunan fisik terminal, dan biaya kegiatan pembangunan fasilitas pendukung lainnya.

Arif menjelaskan, biaya pembangunan Terminal Kijing tahap pertama dianggarkan sebesar sebesar Rp 5 triliun. Fokus lainnya yaitu melanjutkan pembangunan New Priok Terminal, yaitu Container Terminal 2 dan 3 yang akan dimulai kembali pada triwulan III ini.

Baca Juga: Grup Sinar Mas dikabarkan menyerobot lahan kilang LNG darat Blok Masela, benarkah?

"Anggaran capex IPC seluruhnya bersumber dari dana internal. Dengan adanya pandemi covid-19, anggaran tersebut saat ini juga dalam proses pengajuan penyesuaian di Kementerian BUMN. Alokasi terbesar pada pembiayaan proyek Terminal Kijing dan pembangunan New Priok Terminal," katanya.

Pihaknya tengah menjajal upaya efisiensi biaya belajar dari kondisi pandemi Covid-19 yang memicu risiko resesi global ini. Pasalnya, aktivitas barang dan industri sempat terhambat, sehingga turut menjadi masalah terhadap kegiatan perawatan peralatan di IPC.

Arif menyebut, bisnis pergudangan pun potensial secara global karena banyak aktivitas produksi tetapi permintaan sedikit sehingga membutuhkan tempat penyimpanan.

"Ada kontainer impor, barangnya sudah dikeluarkan, kontainer dikembalikan ke shipping line, barang ditaruh di gudang ada sedikit model bisnis berubah, tidak langsung pabrik jadinya simpan di warehouse," paparnya.

Pihaknya juga melihat peluang bisnis yang muncul ketika terjadi pandemi. Kebijakan lockdown di berbagai negara turut berdampak pada ketersediaan sparepart peralatan pelabuhan yang selama ini dipenuhi secara impor dari negara produsen.

Baca Juga: Semester I tahun ini, laba bersih AKR Corporindo (AKRA) tumbuh 10,44%

"Berangkat dari hal tersebut, salah satu gagasan yang sedang kami inisiasi yaitu men-domestik-kan kebutuhan perawatan peralatan pelabuhan. Sparepart (seperti ban reach stacker, ban crane, dinamo, gearbox, dll) yang tadinya harus diimpor, akan coba disediakan dari dalam negeri dengan menggandeng produsen lokal yang sanggup memenuhi kebutuhan tersebut," papar Arif.

Dia mencontohkan pembelian ban di industri dalam negeri hanya membuat ukuran kecil, sementara kebutuhannya ukuran besar dan tidak ada yang memproduksi, sehingga mesti impor. "Dengan skala produksi yang besar, industri karet dalam negeri, sudah berkomitmen mau mengakomodir kebutuhan tersebut. Dengan demikian, dia hanya perlu mengumpulkan sesama perusahaan yang membutuhkan suku cadang tersebut," jelasnya.

Baca Juga: Cuaca besok di Banten cerah hingga berawan, angin kencang di Lebak dan Pandeglang

Menurut Arif, hal ini paling tidak akan memiliki tiga manfaat, pertama menciptakan employment bagi industri sparepart, kedua mengurangi impor (import substition) yang dampaknya positif bagi neraca perdagangan nasional, dan ketiga biaya perawatan bagi IPC akan lebih rendah.

"Ini menjadi bagian dari cost effectiveness yang IPC laksanakan pada Semester II 2020," ujar Arif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×