Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kementan) tengah melakukan peremajaan alias replanting tanaman kakao. Tak tanggung-tanggung luas lahan mencapai 248.500 hektare (ha) yang ditargetkan rampung tahun 2027.
Ketua Tim Kerja Perkebunan dan Tanaman Semusim Lainnya Kementan, Yakub Ginting menjelaskan bahwa peremajaan ini dilakukan demi meningkatkan produksi dan produktivitas nasional yang dinilai sedang merosot.
“Kementerian Pertanian merespons dengan program produksi dan produktivitas. Saat ini, kegiatan pengembangan peremajaan maupun perluasan kita ada dua bagian,” ujarnya dalam Peringatan Hari Kakao Indonesia 2025, di Jakarta, Kamis (23/10/2025).
Baca Juga: Ekspor Kakao Nasional Tumbuh Signifikan, Ini Faktor Pendorongnya
Yakub mengungkapkan, peremajaan tanaman kakao ditargetkan mencapai 248.500 ha hingga tahun 2027. Rinciannya, 4.266 ha dilakukan tahun 2025, 175.500 ha di 2026 dan 68.734 ha di tahun 2027.
Sementara itu, dia menyebut, jumlah tanaman kakao yang rusak itu ditaksir mencapai 290.000 ha, namun 248.500 ha bakal terpenuhi di tahun 2027.
“Untuk melakukan peremajaan 290.000 ha tersebut, di tahun 2027 target kami semua clear, karena 248.000 ha sudah dilakukan mulai tahun ini. Tahun 2026 175.000 ha, kemudian tahun 2027 68.000 ha dari APBN ditambah lagi nanti dari BPDP (Badan Pengelola Dana Perkebunan),” ungkapnya.
Yakub menyebutkan, dana dari BPDP tersebut bakal digunakan untuk mengejar target yang hingga 290.000 ha tanaman kakao, di mana pihaknya telah meracik Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) yang disinyalir akan segera terbit.
Di sisi lain, Yakub menuturkan, total areal tanaman kakao Indonesia saat ini mencapai 1,3 juta ha yang terdiri dari 890.000 ha menghasilkan kakao yang baik, sementara itu 290.000 ha tidak menghasilkan alias rusak serta 212.000 ha belum menghasilkan. Sementara, total produksi kakao baru mencapai 600.000 ton.
Baca Juga: Pungutan Ekspor Biji Kakao Perlu Diimbangi Penurunan Bea Keluar
Dia bilang, 60% tanaman kakao Indonesia berada di beberapa wilayah di antaranya Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Lalu Aceh, Sumatra Utara, Lampung, Jawa Timur, dan Sumba Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Jadi total tahun 2023 kami punya data bahwa impor kita itu sedikit lebih banyak dari ekspor. Jadi ini yang menjadi fokus kita seharusnya meningkatkan produksi untuk mensubtitusi impor, 340.000 ton kita impor,” tandasnya.
Selanjutnya: Harga Emas Bersiap Turun dalam Sepekan, Terbebani Penguatan Dolar dan Data Inflasi AS
Menarik Dibaca: Pasar Kripto Rebound, World Liberty Financial di Puncak Top Gainers 24 Jam
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













