kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah genjot produktivitas dan pengolahan kopi


Kamis, 26 April 2018 / 14:58 WIB
Pemerintah genjot produktivitas dan pengolahan kopi
ILUSTRASI. Potensi Perkebunan Kopi di Indonesia


Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian menggenjot produktivitas dan pengolahan kopi Indonesia.

Pasalnya sebagai komoditas ekspor, kopi Indonesia masih bermasalah dalam hal produktivitas. Hal itu membuat ekspor kopi Indonesia mulai tersusul.

"Produksi kopi Vietnam kini sudah melampaui kopi Indonesia," ujar Menko Perekonomian Darmin Nasution saat membuka Launching Buku Roadmap Kopi Indonesia, Kamis (26/4).

Berdasarkan data Kemko Perekonomian, Vietnam telah menggeser Indonesia sebagai produsen kopi robusta terbesar dunia. Hal tersebut disebabkan oleh masalah produktivitas.

Produktivitas kopi Indonesia sebesar 1 ton hingga 1,2 ton per hektare (ha). Sementara Vietnam dapat memproduksi kopi sebanyak 3,2 ton hingga 3,5 ton tiap hektarenya.

Oleh karena itu Darmin meminta agar Indonesia meningkatkan produktivitas. Pasalnya konsumsi kopi dunia pun akan beranjak naik.

"Konsumsi dunia dalam 30 tahun akan naik 2 kali lipat sehingga produktivitas diperbaiki 3 hingga 4 kali lipat," terang Darmin.

Selain produktivitas, Indonesia juga dinilai perlu mengembangkan pengolahan kopi lokal. Pengolahan kopi tersebut selama ini diungkapkan Darmin tidak dirasakan Indonesia.

Darmin bilang akan mengembangkan pengolahan kopi Indonesia. "Pengembangan pengolahan supaya nilai tambahnya lebih besar, sekarang ada pengolahan tapi alatnya dari luar," jelas Darmin.

Asal tahu saja negara produsen hanya menikmati harga kopi sebesar 10% dari nial konsumsi dunia. Nilai produksi kopi dunia total sebesar US$ 24 miliar sementara nilai konsumsi dunia mencapai US$ 240 miliar.

Darmin pun berpesan utnuk meningkatkan konsumsi kopi dalam negeri. Hal itu untuk menanggulangi harga yang jatuh akibat kelebihan suplai apabila produktivitas membaik.

"Dilemanya kalau menanam kopi berlebihan akan terjadi over produksi oleh karena itu kita harus rancang betul roadmapnya," ungkap Darmin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×