Reporter: Dimas Andi | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata berupaya mengembangkan segmen pariwisata baru. Hal ini demi membantu industri perhotelan dan restoran yang terancam meredup akibat kebijakan efisiensi anggaran pemerintah.
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Rizki Handayani Mustafa mengatakan, tidak mungkin pariwisata Indonesia maupun sektor turunannya bergantung terus-terusan terhadap belanja pemerintah. Diperlukan sumber-sumber baru yang dapat meningkatkan kinerja sektor pariwisata nasional.
Kemenpar pun sedang menggodok rencana pengembangan sejumlah segmen wisata baru, seperti wellness atau wisata kesehatan/kebugaran, grastonomi atau perjalanan yang berhubungan dengan makanan ke suatu daerah, serta wisata bahari.
Rizki menjelaskan, ketiga segmen yang disebutkan tadi pada dasarnya memiliki cakupan yang luas. Sebagai contoh, wellness tidak hanya berkaitan dengan kegiatan seperti spa, melainkan juga kegiatan lain yang berbalut rekreasi seperti berendam di air panas atau yoga.
Begitu juga dengan wisata bahari. Segmen ini bisa dimaksimalkan dengan menggembangkan paket wisata boating, diving, hingga yacht.
"Indonesia sebenarnya sudah ada segmen-segmen wisata tersebut, tapi belum diperbesar dan dikemas dengan lebih baik," ungkap Rizki saat Munas PHRI 2025, Selasa (11/2).
Baca Juga: Pemerintah Dorong Wisata Baru untuk Tambah Pundi Devisa Negara
Pengembangan segmen wisata baru ini ditujukan untuk menjawab tantangan perubahan perilaku para wisatawan di Indonesia. Harapannya, segmen baru ini dapat menjaring lebih banyak wisatawan lokal dan mancanegara untuk berwisata di Indonesia.
Untuk itu, diperlukan dukungan berupa investasi yang tidak hanya menyasar pada infrastruktur saja, melainkan juga investasi yang berkaitan dengan produk pariwisata itu sendiri, termasuk pengembangan biro travel.
Persiapan hotel
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menyampaikan, para pelaku usaha perhotelan siap mendukung langkah pemerintah yang hendak mengembangkan segmen wisata baru. Bahkan, sebenarnya sudah banyak hotel di Indonesia yang memiliki fasilitas untuk mengakomodasi kebutuhan wisata seperti wellness, gastronomi, dan bahari.
"Jadi, untuk investasi, kami tidak perlu mulai dari nol lagi. Tinggal dikembangkan saja dari fasilitas yang ada," tutur dia, Selasa (11/2).
Pengembangan segmen wisata baru ini diharapkan bisa menekan risiko menurunnya okupansi perhotelan akibat kebijakan pemangkasan anggaran kementerian/lembaga. PHRI menyebut, pangsa pasar hotel di Indonesia cukup didominasi oleh pelanggan pemerintah dengan porsi 40%. Dengan adanya pemangkasan anggaran, maka ada potensi kehilangan pendapatan hotel berbintang 3 sampai 5 di seluruh Indonesia sekitar Rp 24,5 triliun.
Baca Juga: Industri Perhotelan Mulai Terimbas Pemangkasan Anggaran Perjalanan Dinas 2024
Untuk mendukung rencana pemerintah ini, PHRI juga terus menjajaki kerja sama dengan beberapa perusahaan maskapai penerbangan agar mau ekspansi rute ke wilayah yang jadi destinasi pariwisata Tanah Air. Sebagai contoh, PHRI sedang bernegosiasi dengan Air Asia untuk membuka rute penerbangan dari Bangkok ke Yogyakarta PP. Ada pula penjajakan dengan Jetstar agar mereka mau membuka rute penerbangan dari kota-kota di Australia menuju Lombok atau Labuan Bajo.
Jika kerja sama ini terwujud, diharapkan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia akan meningkat, sehingga pada akhirnya menguntungkan bagi industri perhotelan.
"Kami terus memantau perkembangan rencana kerja sama ini, karena ada kaitannya juga dengan kesiapan infrastruktur bandara," pungkas Hariyadi.
Baca Juga: PHRI sebut Industri Hotel dan Restoran Bakal Hadapi Tantangan Berat
Selanjutnya: Korea Selatan Meradang Gara-gara Tarif Baja Donald Trump
Menarik Dibaca: 5 Jus untuk Menurunkan Kolesterol Lebih Cepat, Minum Secara Teratur!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News