Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian ESDM Soerjaningsih menyampaikan, berdasarkan prognosa, investasi hilir migas di tahun 2020 mencapai US$ 3,22 miliar. Proyeksi tersebut lebih tinggi dari realisasi investasi hilir migas di tahun lalu sebesaar US$ 1,06 miliar.
“Investasi hilir migas diproyeksikan akan terus meningkat hingga tahun 2024,” ujar Soerjaningsih, dalam siaran pers di Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jumat (17/5).
Menurut Soerjaningsih, investasi hilir migas tahun 2020 didominasi oleh kegiatan pengolahan yaitu peningkatan kapasitas kilang (RDMP) dan pembangunan kilang baru (GRR) yang mencapai 80%. Selanjutnya adalah investasi di bidang pengangkutan sebesar 14% penyimpanan 4% dan niaga 2%.
Baca Juga: Kembangkan SPBU mini melalui Pertashop, Pertamina bidik tambahan 20 titik
Sedangkan untuk tahun 2021, investasi hilir migas diproyeksikan sebesar US$ 7,23 miliar. Kemudian di tahun 2022 investasi hilir migas kembali diprediksi meningkat menjadi US$ 11,81 miliar dan US$ 14,53 miliar di tahun 2023. Adapun di tahun 2024, investasi hilir migas diproyeksikan sebesar US$ 13,92 miliar.
Berdasarkan Global Competitivenes Index 2017—2018, investasi migas Indonesia berada di posisi 36 dari 137 negara. Pemerintah pun berupaya memperbaiki iklim investasi, termasuk di sektor migas.
Faktor utama iklim bisnis adalah birokrasi pemerintah, stabilitas politik, regulasi perpajakan, dan produktivitas tenaga kerja. “Sektor infrastruktur juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam hal tingkat competitiveness,” tambah Soerjaningsih.
Lebih lanjut, pembangunan dua kilang minyak baru di Tuban dan Bontang serta RDMP Kilang Balongan, Balikpapan, Cilacap, Dumai, dan Plaju merupakan upaya pemerintah meningkatkan ketahanan energi nasional. Total investasi kilang-kilang tersebut diperkirakan mencapai US$ 68 miliar selama periode 2019—2026.
“Pemerintah berkomitmen mendukung kedaulatan energi melalui energi migas sebagai modal pembangunan dan diharapkan dapat memberikan nilai tambah positif bagi seluruh aspek pembangunan bangsa,” papar Soerjaningsih.
Sementara itu, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina (Persero) Ignatius Tallulembang menyampaikan, pembangunan kilang membutuhkan tenaga kerja sekitar 150.000 orang pada masa konstruksi dan 12.000 orang ketika telah beroperasi.
Baca Juga: BPH Migas Inginkan Harga BBM Turun
Penggunaan sumber daya lokal diperkirakan 35%-50%. Sementara potensi peningkatan devisa sekitar US$ 12 miliar per tahun.
Kapasitas pengolahan kilang-kilang ini dapat mencapai 2,1 juta barel per hari dan produksi petrokimia sebesar 12.000 kiloton per annum (ktpa).
Tallulembang mengungkapkan, mengingat pembangunan kilang dan petrokimia membutuhkan biaya dan risiko yang besar, maka diperlukan mitra dalam pelaksanaannya. Dalam proses pencarian mitra ini, Pertamina membuka peluang kerja sama dengan berbagai skema bisnis.
“Skema berpartner juga kami buka lebih fleksibel. Bukan cuma dengan satu cara saja,” jelas dia.
Tak hanya itu, Pertamina juga mendorong agar perusahaan swasta dalam negeri dapat berpartisipasi dalam pembangunan kilang serta infrastruktur lainnya seperti terminal BBM, LPG, dan pelabuhan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News