kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah tekankan budidaya udang supra


Sabtu, 22 Februari 2014 / 20:48 WIB
Pemerintah tekankan budidaya udang supra
ILUSTRASI. Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengeluarkan peringatan bahwa kondisi ekonomi global di 2023 akan semakin gelap.


Reporter: Handoyo | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Udang merupakan salah satu komoditas utama dalam industrialisasi perikanan budidaya. Komoditi ini memiliki nilai ekonomis tinggi (high economic value) serta permintaan pasar yang juga tinggi (high demand product).

Untuk itulah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mengembangkan inovasi baru dalam budidaya udang. Salah satu teknologi yang diterapkan adalah teknologi supra intensif berbasis blue economy. Dengen metode ini, produksi udang dapat mencapai 153 ton per hektar (ha).

Sharif C. Sutardjo, Menteri Kelautan dan Perikanan mengatakan, budidaya udang supra intensif berbasis blue economy akan menjadikan limbah yang dihasilkan dari budidaya udang supra intensif ini, sebagai bahan baku pakan ikan nila dan juga sebagai pupuk tanaman. 

"Sehingga nilai tambah dari usaha budidaya yang dihasilkan muncul karena output dari satu usaha menjadi input dari usaha lainnya," kata Sharif dalam siaran persnya, Sabtu (22/2).

Sharif menambahkan, untuk lebih mendorong berkembangnya usaha budidaya ikan dan udang, KKP melakukan penyusunan Peraturan Menteri (Permen) yang isinya akan mengatur tahapan teknologi dalam usaha budidaya. 

Salah satu yang akan diatur dalam Permen ini adalah tentang zonasi tambak atau usaha budidaya. Sehingga nantinya tidak akan ada tumpang tindih penggunaan lahan dan penerapan system klaster akan lebih mudah dilakukan. 

Sistem ini juga akan menghindari adanya kontaminasi dan pencemaran yang dapat menyebabkan kegagalan dalam suatu usaha budidaya. Salah satu implementasinya adalah sistem tambak demfarm yang tengah dikembangkan KKP. 

“Sistem ini memberikan percontohan pola pengelolaan usaha budidaya tambak berbasis klasterisasi, memberikan contoh strategi mitigasi penyakit dan degradasi lingkungan, dan sebagai embrio bagi percepatan pengembangan kawasan budidaya udang,” kata Sharif.

Menurut Sharif, program revitalisasi tambak ini merupakan bagian dari program revitalisasi perikanan, pertanian, dan kehutanan yang pernah dicanangkan oleh Presiden RI pada tahun 2005. 

Khusus untuk perikanan, baru pada tahun 2012, benar benar terealisasi. Untuk menggenjot produksi udang nasional, KKP melalui program revitalisasi berhasil mengoptimalkan lahan tambak dengan membuat model percontohan berupa demontrasi farm atau ‘demfarm’. 

Hasilnya, produksi udang nasional tahun 2013 mencapai sekitar 619.000 ton. Perincian berdasarkan data terbaru Ditjen Perikanan Budidaya  yaitu udang vaname 400.000 ton, udang windu 130.504 ton, serta udang lainnya 88.896 ton. 

Tercatat tahun 2013 diperkirakan nilai ekspor udang nasional menyumbang devisa sebesar US$ 1,54 miliar, atau naik 18,23% dibandingkan tahun 2012 yang mencapai US$ 1,3 miliar. Dengan adanya revitalisasi, luasan tambak udang baru mencapai 675 ha di 6 lokasi tambak demfarm yakni Serang, Tangerang, Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon.

Saat ini Indonesia memiliki potensi tambak nasional seluas 1,2 juta ha, dengan luas existing tambak produktif 749.000 ha. Luasan tersebut juga merupakan lahan-lahan yang idle yang terbengkalai dan paling banyak di pulau Jawa,  Kalimantan, Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan NTB. Dari total tambak produktif sekitar 50% atau seluas 374.000 ha merupakan tambak udang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×