Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah PT Pertamina (Persero) untuk melakukan penawaran umum saham perdana atawa initial public offering (IPO) masih terus menuai kritik dari sejumlah kalangan.
Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara mengungkapkan, dalam upaya IPO tentunya Pertamina akan menawarkan subholding yang tergolong lini bisnis unggul dan menyisakan lini bisnis yang tergolong kecil atau tidak menguntungkan.
"Ini sektor strategis yang harus dikuasai negara, yang dijual pasti yang bagus, yang menguntungkan. Ketika yang bagus dijual yang sisa tinggal yang kecil akibatnya kemampuan pro subsidi semakin menurun," jelas dia dalam diskusi virtual, Sabtu (15/8).
Baca Juga: Blak-blakan Ahok: Saya digaji untuk menyelamatkan Pertamina
Marwan melanjutkan, dua alasan Pertamina ingin melakukan IPO adalah untuk transparansi dan pencarian dana juga patut menjadi perhatian. Pasalnya ada langkah alternatif yang bisa ditempuh jika hanya untuk dua alasan tersebut.
Demi menunjukkan transparansi, Marwan menyarankan pemerintah mengambil langkah menjadikan BUMN, khususnya Pertamina sebagai non listed public company. Dengan cara ini, laporan keuangan Pertamina bisa tetap terbuka namun tidak ada saham yang dilepas ke publik.
Sementara itu untuk pencarian dana, Marwan mengungkapkan dengan jaminan pemerintah maka Pertamina dapat menerbitkan surat utang dengan tingkat bunga yang tergolong baik ketimbang harus melakukan IPO.
Kepala Bidang Media Forum Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa menambahkan, pembentukan subholding berpotensi menimbulkan persaingan bisnis antar anak perusahaan. Apalagi, lini bisnis yang masuk dalam subholding merupakan inti bisnis Pertamina.
"Patut diduga pembentukan sub holding anak usaha inilah yang jadi tujuan sebenarnya dari perubahan organisasi Pertamina karena dengan terbentuknya suholding terbukalah peluang perusahaan untuk melantai di bursa," ujar Marcellus.
Dia melanjutkan, berbanding terbalik dengan sejarah Pertamina, para pendahulu mengupayakan untuk menasionalisasi aset-aset asing yang ada di Indonesia saat awal mula.
Baca Juga: Langkah IPO Pertamina timbulkan kekhawatiran soal BBM satu harga
Di sisi lain, Pengamat Politik Rocky Gerung mengibaratkan langkah IPO Pertamina seperti upaya menjual organ tubuh. Di mana hanya organ tubuh yang penting yang akan diincar.
"Ini soal filosofi negara yaitu hasilkan keadilan bukan sekedar kesejahteraan, kalau pakai prinsip kesejahteraan yang laku itu jantung, ginjal, paru, yang gak laku itu usus besar," ungkap Rocky.
Ia menambahkan, tugas BUMN adalah untuk keadilan masyarakat. BUMN haruslah mendatangi yang tersisih. "Tidak boleh satu organ pun yang dipreteli, di transplantasi boleh lah untuk membantu," pungkas Rocky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News