kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.561.000   59.000   2,36%
  • USD/IDR 16.802   8,00   0,05%
  • IDX 8.619   -26,63   -0,31%
  • KOMPAS100 1.194   -3,39   -0,28%
  • LQ45 855   -5,20   -0,60%
  • ISSI 309   -0,09   -0,03%
  • IDX30 437   -2,98   -0,68%
  • IDXHIDIV20 509   -4,29   -0,84%
  • IDX80 133   -0,70   -0,52%
  • IDXV30 138   -0,48   -0,35%
  • IDXQ30 140   -1,01   -0,72%

Pengamat: Perubahan HPP membuat Bulog lebih leluasa serap gabah dan beras


Rabu, 01 April 2020 / 13:56 WIB
Pengamat: Perubahan HPP membuat Bulog lebih leluasa serap gabah dan beras
ILUSTRASI. Ilustrasi harga gabah dan beras naik


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan nomor 24 tahun 2020 tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah untuk Gabah atau Beras.

Dalam beleid tersebut, pemerintah mengubah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah/beras yang sebelumnya diatur dalam Instruksi  Presiden   Nomor  5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras.

Di Permendag 24/2020, harga pembelian untuk gabah kering panen (GKP) di tingkat petani menjadi Rp 4.200 per kg. Sementara, di Inpres 5/2015, HPP GKP di tingkat petani sebesar Rp 3.700 per kg.

Baca Juga: Hingga akhir Maret, Bulog serap hampir 90.000 ton beras

Lalu, harga gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan menjadi Rp 5.250 per kg dari Rp 4.600 per kg, harga GKG di perum Bulog menjadi Rp 5.300 per kg dari Rp 4.650 per kg, dan harga beras mencapai Rp 8.300 per kg dari sebelumnya Rp 7.300 per kg.

Dengan adanya perubahan HPP ini, Pengamat Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan Bulog akan lebih leluasa dalam menyerap gabah/beras. Diharapkan, dengan begitu, target pengadaan gabah/beras Bulog pun bisa mencapai target.

"(Serapannya) Pasti lebih tinggi. Karena dari pengalaman kami sejak 2014, harga itu sebenarnya sangat jarang menyentuh HPP. Itu yang menyebabkan Bulog selalu tidak bisa memenuhi target serapan, karena HPPnya tidak masuk akal," ujar Dwi kepada Kontan.co.id, Rabu (1/4).




TERBARU

[X]
×