kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.495   39,00   0,25%
  • IDX 7.740   5,14   0,07%
  • KOMPAS100 1.202   0,02   0,00%
  • LQ45 959   0,20   0,02%
  • ISSI 233   0,05   0,02%
  • IDX30 493   0,53   0,11%
  • IDXHIDIV20 592   0,91   0,15%
  • IDX80 137   0,16   0,11%
  • IDXV30 143   0,28   0,20%
  • IDXQ30 164   0,03   0,02%

Pengelolaan sektor perkebunan perlu dimaksimalkan


Minggu, 17 Juli 2016 / 12:50 WIB
 Pengelolaan sektor perkebunan perlu dimaksimalkan


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Dirjen Perkebunan Gamal Nasir yang pada awal Agustus 2016 nanti akan memasuki masa pensiun mengatakan sektor perkebunan merupakan komoditas strategis yang perlu perhatian lebih besar dan tindakan maksimal dari pemerintah.

Selama menjabat enam tahun menjadi Dirjen Perkebunan Gamal bilang, telah melakukan sejumlah terobosan untuk memajukan sektor perkebunan, kendati begitu, ia mengakui masih banyak hal yang perlu dimaksimalkan ke depan agar sektor perkebunan dapat memberikan hasil yang maksimal.

Gamal mengatakan, sebagian besar yang berkecimpung dalam sektor perkebunan ini adalah para petani mandiri. Mereka ini merupakan rakyat biasa yang menggantungkan seluruh hidup dan masa depan mereka pada hasil perkebunan.

Karena itu, perhatian dari pemerintah dalam bentuk mendorong peningkatan hasil perkebunan amatlah penting dan mendesak dilakukan. Sebab 45% penguasaan lahan perkebunan kelapa sawit adalah petani, demikian juga dengan tanaman kakao dan kopi hampir 95% dikuasai petani mandiri.

"Begitu juga pada tanaman teh, tebu dan komoditas lainnya, rata-rata dikuasai lebih dari 50% oleh petani," ujar Gamal, Minggu (17/7).

Sejauh ini, pemerintah telah memberikan perhatian pada sektor perkebunan. Gamal mengambil contoh program gerakan nasional (Gernas) kakao pada tahun 2009 dan kakao berkelanjutan pada tahun 2015. Hasilnya, harga kakao di tingkat petani sejauh ini melambung tinggi di kisaran Rp 35.000 per kilogram (kg) hingga Rp 40.000 per kg.

Pemerintah juga mendorong perbaikan produksi tanaman teh melalui program revitalisasi teh pada tahun 2013 – 2015 melalui program Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh Nasional (GPATN) untuk memperbaiki kebun masyarakat. Kemudian dilanjutkan pada tahun 2016 melalui program intensivikasi.

Dalam masa kepemimpinannya juga, Gamal mengatakan telah ada program penambahan luas areal perkebunan tebu dah merevitalisasi pabrik gula. Demikian juga kelapa sawit, dengan mendorong penguatan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) sebagai standar kelapa sawit berkelanjutan.

Kendati demikian, Gamal memberikan sejumlah catatan bagi penerusnya untuk memerhatikan sejumlah tanaman perkebunan seperti kakao, karet, kopi dan sejumlah tanaman lainnya yang sudah mulai tua dan produktivitasnya tidak maksimal. Peremajaan ulang tanaman perkebunan harus dilakukan agar memberikan hasil maksimal. Bantuan dan dorongan dari pemerintah masih sangat diperlukan.

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, Achmar Manring, mengatakan peran seorang pemimpin perkebunan yang mumpuni sangatlah sulit, mengingat sebagian besar adalah tanaman rakyat.

Pemimpin perkebunan ke depan harus bisa mencermati, menghayati serta mengawasi setiap program dan kegiatan di lapangan. Ia mengapresiasi selama kepemimpinan Gamal dan berharap dirjen berikutnya bisa meneruskan program Dirjen Perkebunan yang sudah berjalan saat ini.

Hal senada diungkapkan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, Ediyanto, dan Kelapa Dinas Perkebunan Jawa Barat, Arif Santosa bahwa Dirjen Perkebunan harus memahami substansi program kegiatan perkebunan sehingga mudah dalam mengatasi permasalahan yang timbul seperti yang selama ini sudah dijalankan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×