Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Para pengusaha menginginkan agar Bank Indonesia (BI) segera memangkas suku bunga acuan atau BI rate untuk mendorong pertumbuhan sektor riil. Saat ini, pengusaha sangat keberatan dengan posisi BI rate sebesar 7,5% karena membuat suku bunga kredit masih tinggi sehingga memberatkan para pengusaha dan konsumen.
"BI rate perlu turun 50 basis points (bps)," kata Harun Hajadi, Managing Director Ciputra Group, kepada KONTAN, (4/11).
Alasannya, meminta bank sentral untuk memangkas BI rate agar bunga kredit ikut turun. Pasalnya, jika bunga kredit turun maka suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) akan turun yang kemudian akan mendorong konsumen untuk membeli rumah dengan cara mencicil.
"Jika orang-orang sudah mulai membeli rumah maka penjualan properti akan naik dan mendorong pertumbuhan ekonomi," tambahnya. Sedangkan dari sisi perusahaan, pihaknya belum ada rencana untuk meminjam dana dari bank jika bunga kredit berangsur turun, karena perusahaan membatasi pinjaman dari bank untuk menekan biaya operasional.
Sependapat, Tutum Rahanta, Ketua Pelaksana Harian Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRI), menyampaikan, BI harus menggunting suku bunga acuan untuk mendorong sektor riil. Karena BI rate menjadi acuan utama untuk mendorong ekonomi melalui kebijakan moneter.
"BI harus menurunkan BI rate. Caranya bisa perlahan-perlahan seperti 25 bps setiap bulan hingga turun 50 bps," jelasnya.
Nah, dampak positif bagi para riteler adalah akan meningkatkan daya beli konsumen yang sedang surut ini. Karena, jika bunga turun maka bunga kredit lainnya akan turun seperti bunga kredit otomotif, rumah dan kartu kredit yang akan meringankan konsumen. Alhasil, konsumen yang tadinya berhemat berbelanja di ritel menjadi lebih konsumtif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News