Reporter: Noverius Laoli | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menghentikan sementara kapal ikan dengan ukuran besar beroperasi berdampak pada sejumlah Unit Pengolahan Ikan (UPI) dalam negeri.
Sejumlah UPI yang selama ini mendapatkan pasokan dari kapal ikan besar, beralih memasok ikan dari tangkapan nelayan kecil. Otomatis terjadi perebutan pasar yang mendorong kenaikan harga ikan di tingkat nelayan karena pasokan terbatas.
PT Dharma Samudera Fishing industries Tbk (DSFI) merupakan salah satu produsen ikan olahan yang berorientasi ekspor membukukan peningkatan penjualan tipis pada kuartal ke III 2016. DSFI mencatat ada kenaikan nilai penjualan sekitar 1% dari periode sama tahun lalu.
Director and Corporate Secretary DSFI Saut Marbun mengatakan penjualan perusahaan ini sejak Januari-September 2016 tercatat sebesar Rp 431 miliar atau naik sekitar 1% dari penjualan pada periode sama tahun lalu sebesar Rp 427 miliar. Naiknya nilai tukar rupiah dan minimnya pasokan bahan baku ikan dalam negeri membuat penjualan DSFI kurang bersinar.
"Dari dulu kami membeli bahan baku dari nelayan kecil, nah setelah kapal ikan besar dilarang berlayar, maka banyak UPI yang selama ini mendapatkan pasokan dari kapal besar beralih membeli pasokan ikannya dari nelayan," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (27/10) lalu.
Karena terjadi perebutan bahan baku dari nelayan, maka harga ikan pun pasokan bahan baku pun meningkat. Akibatnya, margin keuntungan perusahaan terpangkas, sebab kenaikan pasokan bahan baku itu tidak bisa langsung diiringi dengan kenaikan harga jual perusahaan.
Dari total nilai penjualan Rp 431 miliar, sebesar Rp 412,6 miliar di antaranya merupakan ekspor. Ekspor tahun ini pun nyaris sama dengan nilai ekspor tahun lalu yakni sebesar Rp 412,9 miliar. "Hanya lebih rendah sekitar Rp 300 juta tahun ini dibandingkan tahun lalu," jelas Saut.
Melihat kondisi ini, Saut mengatakan pihaknya sepertinya sulit mencapai target penjualan tahun ini senilai Rp 660 miliar. Namun ia memperkirakan penjualan mereka masih bisa mencapai di atas penjualan tahun lalu sebesar Rp 557 miliar.
Namun kalaupun naik, tidak terlalu besar selisihnya dari realisasi tahun 2015. Namun bila nanti kapal-kapal ikan berukuran jumbo sudah bisa berlayar, maka ia berharap peningkatan penjualan mereka bisa meningkat signifikan karena pasokan ikan pasti banyak dan harga pun akan turun.
Saut menambahkan, saat ini, DSFI juga mendapatkan pesanan dari buyer Jepang untuk produk olahan siap jadi sesuai spesifikasi mereka. Untuk itu, DSFI juga mendapatkan teknologi dan pengetahuan baru untuk meningkatkan kualitas ikan olahan mereka sehingga sesuai dengan permintaan konsumen luar negeri.
Saat ini proses pengembangan kualitas produk olahan itu tengah dimulai di pabrik DSFI dan diharapkan dalam dua tahun ke depan hasilnya sudah terasa, meskipun produk olahan jadi tersebut volumenya masih sangat kecil.
Sejauh ini, Amerika Serikat masih menjadi pembeli terbesar produks DSFI, disusul Eropa, Jepang dan Australia. Sementara sisanya dari Rusia, Asia dan penjualan dalam negeri juga mulai meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News