kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penurunan harga gas industri diminta jangan mematikan industri mid stream gas


Senin, 10 Februari 2020 / 18:25 WIB
Penurunan harga gas industri diminta jangan mematikan industri mid stream gas
ILUSTRASI. Pekerja menyambung pipa untuk menyalurkan gas dari Muara Karan ke Muara Tawar milik PT Pertamina Gas (Pertagas) di Jakarta Utara, Selasa (17/6). Rencana penurunan harga gas industri menjadi US$ 6 per MMBTU diharapkan tidak mematikan industri mid stream ga


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah untuk menurunkan harga gas industri menjadi US$ 6 per MMBTU pada Maret 2020 diharapkan tidak mematikan industri mid stream gas. 

“Saya mendukung upaya pemerintah untuk menurunkan harga gas industri, tapi saya harapkan pemerintah juga harus melindungi usaha mid stream dalam industri gas kita. Jangan sampai justru kebijakan ini mengganggu kinerja mereka,” papar Mamit Setiawan, Direktur Eksekutif Energy Watch dalam keterangan tertulisnya, Senin (10/2). 

Baca Juga: PGN siap perkuat lini bisnis LNG Trading internasional di Asia dan Eropa

Industri mid stream gas sendiri saat ini dikuasai oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGN) selaku sub holding migas dimana PT Pertagas menjadi bagian dari sub holding tersebut. 

Mamit menuturkan bahwa untuk menyalurkan gas dari kepala sumur sampai ke pengguna akhir dibutuhkan pipa transmisi dan jaringan distribusi gas bumi meskipun saat ini PGN telah memiliki hampir 10.000 km jaringan gas yang terhubung ke lebih 1.658 industri besar dan pembangkit listrik serta lebih dari 1.930 pelanggan komersial, dan 204.000 pelanggan agar tidak mengganggu produksi perusahaan-perusahaan mid stream jika terdapat kendala. 

“Tanpa adanya infrastruktur tersebut, gas bumi tidak akan sampai ke enduser. Pembangunan infrastruktur termasuk di dalamnya ada fasilitas regasifikasi dimana PGN menyiapkan LNG sebagai backup mereka sehingga pasokan kepada pengguna tidak terganggu,” lanjut Mamit. 

Untuk itu, Mamit menyarankan agar pemerintah menjadikan PGN sebagai penyangga atau agregator gas nasional agar bisa menarik para investor untuk menanamkan dana demi modal pembangunan pipa demi industri mid stream. Hal tersebut dibutuhkan mengingat pembangunan pipa tersebut membutuhkan investasi yang tidak sedikit dan menjadi beban dalam penentuan harga ke end user

Baca Juga: PLN: PLTU Jawa 7 lebih efisien dan ramah lingkungan

“Jika pemerintah dapat menjadikan PGN sebagai aggregator gas negara, harapannya kucuran dana investasi yang masuk dapat bertambah dan dijadikan modal untuk membangun jaringan-jaringan gas baru agar dapat menjamin proses produksi industri mid stream. Jangan sampai akibat penurunan harga oleh pemerintah ini malah menjadi beban bagi end user disebabkan PGN membutuhkan dana untuk membangun infrastruktur miliknya,” ujar Mamit. 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×