kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,28   10,97   1.21%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penurunan Impor Bahan Baku Mengancam Industri Kemasan


Rabu, 20 Maret 2024 / 19:42 WIB
Penurunan Impor Bahan Baku Mengancam Industri Kemasan
ILUSTRASI. Kinerja industri kemasan Tanah Air kemungkinan sulit tumbuh optimal pada 2024.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri kemasan Tanah Air kemungkinan sulit tumbuh optimal pada 2024. Salah satu faktor pengganjalnya adalah tren penurunan impor bahan baku kemasan dalam beberapa waktu terakhir.

Indonesia Packaging Federation (IPF) mengemukakan, impor bahan baku kemasan telah menyusut sekitar 20% sejak kuartal III-2023 dan tren tersebut masih berlanjut sampai saat ini. Hal itu menjadi sinyal negatif bagi pebisnis kemasan, terutama yang memasok produknya ke industri makanan-minuman (mamin). Sektor tersebut merupakan pengguna terbesar kemasan.

Kalau pun terjadi kenaikan impor bahan baku kemasan, pertumbuhannya cenderung melambat. Ada kemungkinan produsen mamin lama pengguna kemasan terdesak oleh pembengkakan biaya produksi dan persaingan yang ketat dari para pemain baru.

Selama ini produksi kemasan di Indonesia masih bergantung pada bahan baku impor, terutama kemasan mamin. Industri penyedia bahan baku kemasan lokal baru mampu memenuhi 50% dari total kebutuhan kemasan yang ada di pasar.

Baca Juga: Kenaikan Tarif PPN 12% Dinilai Berpotensi Turunkan Penerimaan PPh, Ini Pemicunya

Penurunan impor bahan baku kemasan di atas kertas menimbulkan risiko terbatasnya pasokan kemasan di dalam negeri. "Tidak semua pasokan kemasan menurun, tergantung produnya dan ini sangat variatif," ujar Business Development Director Indonesia Packaging Federation (IPF) Ariana Susanti, Rabu (20/3).

Sementara itu, Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) menyebut, impor bahan baku plastik sebenarnya tetap tumbuh sekitar 5%--10% year on year (YoY) pada Januari-Februari 2024. Impor tersebut tidak hanya berbentuk bahan baku plastik untuk industri kemasan semata, melainkan juga untuk berbagai industri lainnya seperti peralatan rumah tangga, otomotif, hingga infrastruktur.

Nah, tampaknya permintaan impor bahan baku plastik untuk kemasan mamin tidak setinggi sektor industri lainnya. Sebab, industri mamin belum pulih pasca pandemi Covid-19 yang mana pertumbuhan kinerjanya masih tertahan di kisaran 5%.

"Di sisi lain, impor bahan baku kemasan dari kertas, aluminium foil, dan tinplate justru turun," kata Sekretaris Jenderal Inaplas Fajar Budiono, Rabu (20/3).

Baca Juga: Laba Turun, Mitra Pack (PTMP) Akan Perbaiki Kinerja

Berkaca dari situ, Inaplas memperkirakan pertumbuhan kinerja industri kemasan nasional cenderung melambat atau berada di bawah level 4%. Kembali lagi, proyeksi ini didasari oleh kondisi industri mamin yang masih diliputi ketidakpastian. "Padahal 40%--50% plastik ditujukan untuk kemasan makanan dan minuman," imbuh Fajar.

Momen libur Lebaran 2024 setidaknya jadi stimulus penguatan industri kemasan. Selama periode tersebut, permintaan rigid packaging seperti stoples dan botol berpotensi tumbuh signifikan. Sebaliknya, permintaan flexible packaging seperti kertas, aluminium foil, dan plastik cenderung landai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×