Reporter: Asnil Bambani Amri, BBC | Editor: Asnil Amri
NEW YORK. Penyakit sapi gila pertama kali ditemukan di Inggris pada tahun 1986 dengan jumlah korban jiwa sampai 150 orang.
Sementara Amerika Serikat (AS) melaporkan kasus penyakit sapi gila pada tahun 2003, namun AS segera meyakinkan konsumen dan importir bahwa daging yang terkena tidak masuk jalur pasokan makanan.
Pejabat Departemen Pertanian AS menyatakan, bahwa penyakit sapi gila atau BSE ini tidak bisa tertular melalui susu sapi. Pihak AS menyatakan memeriksa sekitar 40.000 sapi setiap tahunnya guna memastikan tidak ada sapi yang tertular BSE.
Walaupun pemerintah AS memberikan jaminan, namun dua perusahaan Korea Selatan tetap menghentikan penjualan daging asal Negara Uwak Sam ini.
Perusahaan ritel Korea, Lotte Mart, mengatakan mereka menghentikan penjualan daging impor Amerika karena alasan kekhawatiran dari konsumen mereka.
Namun begitu, Meksiko menyatakan tetap membeli daging sapi dari AS, sementara Jepang yang hanya mengimpor ternak hidup di bawah usia 20 bulan menyatakan tidak akan mengambil tindakan.
Kekhawatiran atas dampak terhadap konsumen itu membuat aksi penjualan besar-besaran ternak hidup di Chicago, Selasa (24/04).
Sementara itu, pakar BSE di AS menyatakan, kasus BSE di AS tidak sampai mengancam manusia. "Kasus BSE ini sangat jarang di Amerika Serikat dan tidak mengancam manusia atau jaringan pakan ternak," kata Dr Bruce Alkey, direktur Diagnosa Kesehatan Binatang di Universitas Cornell.
Risiko penularan kepada manusia bisa terjadi jika jaringan otak atau tulang belakang binatang yang terkena BSE dikonsumsi manusia atau binatang lain. Kasus pertama sapi gila di Amerika ditemukan akhir tahun 2003 dan berasal dari binatang yang diimpor dari Kanada.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News