Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Asnil Amri
KONTAN.CO.ID - KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI) kembali mengutarakan kekecewaannya terkait minimnya serapan garam petani oleh pelaku industri pengolahan garam. Dalam hitungan APGRI, jumlah penyerapan garam oleh industri pengolahan itu hanya 500.000 ton per tahun.
"Sekarang gudang petani sudah mulai penuh (tak terserap)," kata Jakfar Sodikin, Ketua APGRI kepada Kontan.co.id, Jumat (2/11). Dalam hitungan Jakfar, potensi panen garam tahun ini bisa mencapai 2,5 juta - 2,7 juta ton. Adapun kebutuhan nasional diproyeksikan 4,2 juta ton. Adapun industri selama ini masih menggunakan komponen impor hingga 3,7 juta ton.
Sebelumnya, melalui Kementerian Perindustrian mencatat, industri pengolah garam telah meneken komitmen menyerap garam yang dihasilkan petambak lokal. Namun, Jakfar menyampaikan realisasi dari komitmen tersebut belum maksimal.
Adapun sejumlah perusahaan yang dalam catatan Jakfar telah melakukan penyerapan garam rakyat adalah PT Unichem, PT Susanti Megah, PT Sumatraco, PT Garindo, PT Budiono dan PT Saltindo. Karena minimnya penyerapan, hokum pasar terjadi, sehingga harga garam petani turun.
Kini harga garam rakyat sudah semakin turun menjadi Rp 1.200 per kilogram - Rp 1.500 per kg untuk garam kualitas pertama, dan harga Rp 1.000 per kg untuk kualitas dua. Padahal hingga akhir semester pertama lalu, harga garam kualitas pertama masih di Rp 1.600 per kg dan kualitas dua di Rp 1.400 per kg.
Menanggapi hal ini, Budi Sasongko, Direktur Utama PT Garam menyatakan, pihaknya telah melakukan penyerapan garam rakat mencapai 80.000 ton dari rencana sebanyak 120.000 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News