kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.934   1,00   0,01%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Peritel mulai marak kembangkan pusat belanja sendiri


Senin, 25 November 2019 / 18:07 WIB
Peritel mulai marak kembangkan pusat belanja sendiri
ILUSTRASI. Hippindo bakal menggarap Hippindo City


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pelaku industri ritel saat ini dituntut kian inovatif, pasalnya tidak hanya ekspansi dan redesign gerai. Pengusaha ritel juga dituntut lebih atraktif untuk menjaga bisnisnya terus berkembang, salah satunya adalah dengan membangun dan mendesain pusat belanja yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Himpunan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (Hippindo) misalnya yang bekerjasama dengan Vasanta Innopark dan Mitsubishi untuk menggarap Hippindo City. Belum lagi beberapa perusahaan yang sebelumnya memiliki pusat belanja untuk keperluan sendiri mulai mendatangkan tenan baru diluar dari bisnisnya.

Baca Juga: Sepatu Bata (BATA) akan menebar dividen interim, catat jadwalnya

Stefanus Ridwan, Ketua Umum Asosiasi Penglola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mengaku tak heran dengan banyaknya peritel yang merangsek ke bisnis pusat belanja. Apalagi di beberapa daerah juga penambahan pusat belanja mulai stagnan, sehingga diperlukan area baru bagi peritel untuk berbisnis.

“Kalau pusat belanja itu sekarang jarang yang bangun, memang benar tenant ritel yang gede-gede cari tempat susah di mall. Apalagi di Jakarta sudah tidak ada karena bikin mall baru di Jakarta kurang menguntungkan,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (25/11)

Menurutnya, dalam tiga tahun terakhir tidak terjadi penambahan mall baru di Jakarta karena aturan yang menyulitkan. Misalnya Perda nomor 2 tahun 2018 mengenai Perpasaran yang menggratiskan 20% area gratis untuk UMKM, sehingga pengelola pusat belanja semakin kesulitan untuk bisa balik modal.

Oleh karena itu, pengembang pusat belanja saat ini bergeser ke wilayah diluar Jakarta seperti Bekasi, Depok, Tangerang Selatan. Pasalnya diwilayah tersebut, break even point lebih  cepat ketimbang di Jakarta sekitar 12-15 tahun. Menurutnya, pembangunan pusat belanja di Jakarta saat dikembangkan dengan mixed use dengan residensial  dan hotel.

Baca Juga: Saat ini pasar saham kurang kondusif, calon emiten baru perlu siasat

Apalagi pusat belanja saat ini tidak bisa sembarangan menaikkan tarif yang ujungnya akan berpengrauh terhadap tenancy ratio. Asal tau saja, di Jakarta sendiri saja tenancy ratio pusat belanja tidak merata. Ada yang tinggi sekali namun juga ada yang sepi, tergantung pengelola mall-nya menarik pelanggan yang datang.

Oleh karena itu, dirinya mengaku tak heran bila ada peritel yang membangun pusat belanja sendiri baik untuk kebutuhan sendiri maupun disewakan kepada tenant lain. Namun dirinya mengatakan sulit untuk membangun di Jakarta karena regulasi yang ada serta keinginan peritel mendapatkan harga bersaing dengan pelayanan yang prima.

Budiardjo Iduansjah, Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (Hippindo) konsep gerai ritel di Hippindo City para peritel bukan lagi sebagai penyewa tetapi sebagai pembeli sehingga jaminan kepastian tenancy-nya cukup baik.

“Hippindo City hampir penuh, rukonya tinggal sedikit lagi mungkin sisa 10 unit saja. Kami ambil 34 unit tetapi semua terintegarsi dengan eskalator dan fasilitas lainnya dengan total 8.000 meter persegi,” ujarnya.

Baca Juga: Simak pandangan analis soal prospek saham KEJU dan PSGO yang akan IPO pekan depan

Asal tahu saja, setiap unit di Hippindo City terdiri dari empat lantai, sehingga secara total akan terdapat lebih dari seratus gerai ritel di sana. Untuk mengelolanya, Hippindo akan segera menunjuk pihak ketiga untuk mengelola shopping town tersebut.

“Ini konsep pertama kami, sudah dua tahun negosiasinya. Ke depan kalau ini sukses akan banyak lagi Hippindo City entah di Cibitung, Bintaro dan lainnya,” lanjutnya.

Secara jangka panjang dirinya bahkan melihat potensi untuk menggarap sendiri pusat belanja atau mall yang sesuai dengan keinginan dari peritel. Asal tahu saja, saat ini Hippindo membawahi lebih dari 250 anggota peritel baik skala kecil, menengah maupun besar.

“Proyek gedenya, kalau ini beres kami bisa bikin mall yang bersama-sama tapi ini belum. Karena kami peritel yang tahu mall seperti apa yang laku. Kalau mall laku kan kami senang, saya baru pulang dari Cina, di luar negeri itu mall ramai karena konsepnya mengikuti peritel,” lanjutnya.

Sugiyanto Wibawa, Site Development and Project Management Director Kawan Lama Retail menyampaikan selain membuka gerai-gerai ritel miliknya, perusahaan juga memiliki berencana untuk pembangunan mall. Saat ini perusahaan menggandeng Sinar Mas Land tengan membangun proyek mixed use di Kota Wisata dengan area seluas 8,5 hektare dan luas bangunan 90.000 meter persegi dengan investasi Rp 1,2 triliun.

Baca Juga: Mulia Boga Raya dan Palma Serasih akan IPO pekan depan, bagaimana potensinya?

Diluar itu manajemen juga sudah melakukan akuisisi lahan di Bandung, Jawa Barat yang ke depannya juga akan dikembangkan sebagai pusat belanja miliknya yakni Living Plaza dan Living World. Tak hanya untuk keperluan sendiri, pusat belanja tersebut nantinya juga akan disewakan kepada tenan ritel lainnya.

“Itu di Bandung untuk Living Plaza, kami Kawan Lama beli itu di Buah Batu di kawasan Agung Podomoro Park. Kami baru penyelesaian administrasi tahun 2021 akhir, mungkin mulai (pembangunan) ya tahun 2022 karena pembukaan lahannya cukup banyak,” ujarnya.

Asal tahu saja, saat ini Kawan Lama Retail memiliki total dua Living World di Alam Sutera dan Pekanbaru. Sedangkan perusahaan juga memiliki Living Plaza di 16 lokasi, yang terbaru dibuka di Jababeka. Yang jelas, dengan format ritel yang butuh lahan yang luas seperti Ace Hardware dan Informa perusahaan lebih luwes melakukan ekspansi sendiri, disamping juga menyewakan untuk tenan.

“Nanti ada Living World di Kota Wisata itu tahun 2021 akhir sudah selesai kami kerjasama dengan Sinarmas. Kalau di Bandung sih paling Living Plaza, sekarang sih 16 termasyk yang sewa dan kami punya sendiri,” lanjutnya.

Sedangkan Tutum Rahanta, Ketua Bidang Ritel Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan bahwa dibeberapa daerah memang ada kekosongan karena developer enggan masuk untuk membangun pusat belanja. Apalagi saat ini tren pembangunan pusat belanja selalu dibarengi dengan segmen residensial seperti apartemen dan hotel.

Baca Juga: Para miliarder Hong Kong mulai mengalihkan uang mereka ke luar negeri

Oleh karena itu, peritel yang memiliki luas lahan yang besar perlahan mulai menyediakan spot yang bisa disewakan kepada peritel lainnya. Dirinya menyebut misalnya Ramayana yang menggandeng pelaku bioskop dan tenan F&B lain masuk di gerainya. Hal ini menurutnya memberikan tambahan pendapatan diluar dari bisnis intinya.

“Bisa jadi di area-area yang kosong yang pusat belanja belum ada mereka mengarah kesana, misalnya di Cimanggis itu peritel secara rombongan mereka beli di dekat pintu keluar tol,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×