Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
Adapun kemajuan fisik smelter besi Sebuku Iron Lateritic Ores sebesar 89,79% per Februari 2023 dengan realisasi investasi US$ 51,53 juta.
Lalu smelter timbal Kapuas Prima Citra sudah mencapai 100% per Mei 2022 dengan realisasi investasi US$ 10 juta.
Kemajuan pembangunan smelter seng Kobar Lamandau Mineral mencapai 89,65% per Februari 2023 dengan realiasi investasi US$ 20,2 juta.
Sebelumnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif menyatakan, pemerintah telah menghitung dampak kerugian bagi negara apabila keempat mineral mentah tersebut tidak diberikan perpanjangan izin ekspor.
Jika ekspor konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia dan Amman Mineral Industri dihentikan penuh pada Juni 2023 terdapat potensi hilangnya nilai ekspor sebesar US$ 4,67 miliar di sepanjang tahun ini dan akan terus meningkat menjadi US$ 8,17 miliar di 2024.
“Kemudian, pelarangan ekspor konsentrat tembaga ini juga akan berdampak adanya penurunan penerimaan negara dari royalti konsentrat sebesar US$ 353,6 juta dan potensi hilangnya kesempatan kerja bagi 22.250 orang,” jelasnya dalam Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (24/5).
Kemudian untuk komoditas konsentrat besi yang dijalankan PT Sebuku Iron Lateritic Ores jika penjualan ekspornya dilarang, akan terjadi hilangnya nilai ekspor konsentrat besi di 2023 sebesar US$ 81 juta dan meningkat menjadi US$ 138,96 juta di 2024. Sedangkan, royalti yang hilang US$ 6,95 juta dan ada 1.400 tenaga kerja yang terdampak
Baca Juga: MIND ID Siapkan Dana Internal untuk Serap 14% Saham Vale Indonesia (INCO)
Sedangkan untuk komoditas timbal yang dijalankan PT Kapuas Prima Citra, jika ekspor dilarang akan berdampak pada hilangnya nilai ekspor US$ 14,36 juta dan meningkat menjadi US$ 24,6 juta di 2024. Selain itu adanya penurunan penerimaan negara dari royalti sebesar hampir US$ 1 juta dan tenaga kerja yang terdampak 1.174 orang.
Lalu untuk komoditas seng PT Kobar Lamandau Mineral, jika dilarang ekspornya akan berdampak pada hilangnya ekspor konsentrat seng US$ 21,6 juta di 2023 dan menjadi U$ 37 juta di 2024. Berkurangnya penerimaan negara dari royalti US$ 1,5 juta dan berdampak pada 1.174 orang tenaga kerja untuk kegiatan produksi maupun penjualan.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC), Harjanto Widjaja menyampaikan, kebijakan relaksasi ekspor timbal dan seng hingga Mei 2024 tentu memberikan dampak yang positif bagi ZINC di tahun ini.
Pasalnya saat ini porsi penjualan ZINC didominasi dari seng (Zn) atau 46,5% dari penjualan per kuartal I 2023 dan hingga sekarang smelter seng masih dalam proses pembangunan.
Sedangkan, smelter timbal yang notabene sudah selesai, kontribusi penjualannya hanya 15,5% (per kuartal I 2023) ke penjualan Perusahaan.
Baca Juga: Resmi Jadi Emiten BEI, Amman Mineral (AMMN) Genjot Bisnis Tambang
“Sehingga kalau kita berbicara dampak positif relaksasi ekspor ini tentu sangat positif sekali. Jadi pas begitu smelter seng kami selesai, pada 31 Mei 2024 kami bisa menjual 100% dari batuan yang kami kelola,” ujarnya belum lama ini.
Di sepanjang 2023 manajemen ZINC berharap target pendapatan bisa mencapai Rp 800 miliar dengan asumsi kondisi harga komoditas seng bisa rebound ke US$ 2.800 hingga US$ 3.000 per ton dan komoditas timbal bisa bergerak di sekitar US$ 2.000 hingga US$ 2.100 per ton. Sedangkan untuk harga besi kadar 62% diharapkan bisa di level US$ 120 hingga US$ 150 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News