Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk ingin berhati-hati dalam menghadapi situasi yang serba tidak pasti akibat pagebluk corona (covid-19). Untuk itu, emiten berkode saham SIDO memutuskan untuk memangkas anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) menjadi hanya sebesar Rp 135 miliar pada tahun ini.
Mulanya, SIDO menganggarkan capex sebesar Rp 180 miliar untuk membiayai perawatan fasilitas produksi dan menyelesaikan beberapa proyek kecil. Seiring pemangkasan capex, kini sebagian besar capex perusahaan lebih difokuskan untuk pemeliharaan dan perawatan fasilitas produksi.
Baca Juga: Bakal dapat insentif, bagaimana prospek emiten media?
“Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan cadangan kas sebagai bagian dari risk management dalam mengantisipasi kondisi ekonomi yang tidak menentu,” jelas Direktur Keuangan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Leonard saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (21/8).
Untuk diketahui, upaya untuk menekan pengeluaran tidak hanya dilakukan pada sisi capex semata. Produsen jamu herbal yang dikenal melalui produk Tolak Angin ini juga melakukan penyesuaian anggaran pada sisi operational expenditure (opex).
Dalam wawancara dengan Kontan.co.id sebelumnya, Leonard mengungkapkan bahwa SIDO juga menurunkan rasio biaya iklan dan promosi menjadi maksimum 10% dari total penjualannya. Besaran tersebut lebih rendah dari rencana anggaran biaya promosi dan iklan yang semula ditetapkan di angka 13% dari total penjualan. Tujuannya kurang lebih sama, yakni untuk mengantisipasi kondisi ekonomi yang sulit di masa pandemi.
Sampai akhir semester I 2020 lalu, SIDO telah menyerap Rp 20,7 miliar dana capex. Penggunaannya tidak lain ialah untuk membiayai pemeliharaan dan perawaran fasilitas produksi perusahaan.
Baca Juga: Rambah pasar Arab Saudi, Sido Muncul (SIDO) bakal meratakan distribusi di luar negeri
Sepanjang semester pertama tahun ini, SIDO membukukan penjualan sebesar Rp 1,45 triliun, tumbuh 3,51% dari realisasi penjualan pada semester I tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 1,41 triliun.
Secara terperinci, realisasi penjualan tersebut terdiri atas penjualan Jamu herbal dan suplemen sebesar Rp 923,19 miliar, makanan dan minuman Rp 469,16 miliar, dan farmasi sebesar Rp 67,35 miliar.
Sementara itu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk alias laba bersih perusahaan naik 10,60% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula Rp 374,11 miliar di semester I 2019 menjadi Rp 413,79 miliar di semester I 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News