Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Jane Aprilyani
KONTAN.CO.ID - Untuk memperluas pangsa pasar dan bisnisnya, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) perlu mengadopsi teknologi digital dalam menjalankan bisnisnya.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) mecatat, tahun 2022 hanya 20% UMKM Indonesia yang telah mengadopsi teknologi digital.
Survei tersebut mengungkapkan beberapa kendala utama yang dihadapi UMKM dalam mengadopsi teknologi digital adalah akses terbatas ke teknologi (40%), kurangnya pemahaman tentang manfaat digitalisasi (30%), dan keterbatasan sumber daya (30%).
Yuanita Agata, SVP Marketing & Corporate Affairs GudangAda, mengungkapkan, sudah saatnya pebisnis UMKM untuk bangkit dan maju bersama dalam ekosistem digital yang inklusif.
"Semangat inovatif GudangAda terus mendorong pembangunan ekosistem B2B digital serta mendukung transformasi digital dan pertumbuhan bisnis rantai pasok, terutama bagi pebisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Solo dan Indonesia," ujar Yuanita dalam keterangan resminya, Kamis (17/8).
Baca Juga: Pembayaran Digital di Level UMKM Belum Optimal
Dr. Sutanto Sastraredja, Ketua Komite Ekonomi Kreatif Surakarta, mengungkapkan, adopsi teknologi digital di kalangan UMKM tidak datang tanpa tantangan.
"Dalam rantai pasok, pelaku bisnis ini masih banyak yang tidak terbuka dengan teknologi. Hal ini merupakan masalah sosial yang terjadi saat ini, khususnya terkait penerimaan terhadap digitalisasi," sebut Dr. Sutanto.
Dr. Sutanto menambahkan, masyarakat khususnya pelaku UMKM pentingnya mengedukasi dirinya akan literasi digital dalam bisnis rantai pasok.
Terlepas dari skala usaha, semakin banyak UMKM yang beralih ke platform digital maka semakin luas jangkauan pasar, meningkatkan efisiensi operasional, dan meningkatkan interaksi dengan pemangku kepentingan bisnis.
Ekosistem digital B2B memiliki peran strategis dalam memperluas peluang pasar dan membangun kemitraan bisnis bagi segenap stakeholder bisnis rantai pasok, terutama pebisnis UMKM.
Yuanita menjelaskan, melalui aplikasi GudangAda, UMKM dapat dengan mudah masuk ke jejaring digital rantai pasok yang telah dibangun GudangAda, sehingga mempermudah pebisnis UMKM saat membeli dan menjual barang secara grosir.
Baca Juga: 60% UKM Manfaatkan Platform Digital, GudangAda & CELIOS Beberkan Strategi Bisnis
GudangAda, kata Yuanita, memiliki sejarah panjang sebagai ekosistem layanan bisnis B2B terintegrasi di Indonesia. Saat ini, GudangAda telah bermitra dengan lebih dari 1 juta pedagang tradisional.
"Sejak awal, kami telah fokus pada membantu pebisnis UMKM dan prinsipal untuk meraih keunggulan dalam ekosistem digital dengan memberikan solusi bisnis terintegrasi mulai dari pencarian produk, pengelolaan transaksi, hingga dukungan kredit modal," jelasnya.
Ia juga menekankan, untuk meningkatkan skala bisnis UMKM Indonesia, diperlukannya adopsi strategi digital yang lebih baik lagi.
"Kami akan terus mendukung komitmennya Pemerintah Indonesia khususnya terkait target melakukan onboard lebih dari 30 juta UMKM di 2024 dan memastikan mereka bertumbuh di dalam ekosistem kami," tuturnya.
Yuanita meyakini GudangAda siap memberikan dukungan dan fokus pada pendekatan kolaboratif, memberikan perluasan jaringan pasar baru, pelatihan, dan pendampingan bagi UMKM Indonesia dalam mengoptimalkan penggunaan platform GudangAda.
Serta, berinvestasi dalam teknologi untuk menjadikan pengalaman bisnis mereka lebih efisien dan bermanfaat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News