Sumber: Kontan | Editor: Test Test
JAKARTA. Bergairahnya kembali industri perkebunan dan pertambangan mendorong sejumlah produsen alat berat agresif berekspansi. Selain mengerek target, mereka aktif meluncurkan produk baru.
Ketua Umum Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) Pratjojo Dewo berkata, pasar industri alat berat tahun ini akan pulih. Memang, geliat pasar alat berat di Indonesia tak akan se-booming 2008, "Tapi pasti lebih baik dari 2009," ujar Dewo, Selasa (2/3).
Menurut Dewo, produksi alat berat dalam negeri akan membaik seiring peningkatan utilisasi. Ia bilang, penurunan produksi dalam negeri tahun lalu hanyalah imbas dari kelebihan pasokan dunia hasil produksi 2008.
Ia memperkirakan, permintaan alat berat tahun ini akan meningkat sampai 23% dibandingkan tahun lalu menjadi 7.000 hingga 8.000 unit. Cuma, tidak semua kebutuhan alat berat itu dipenuhi dari produksi lokal. "Paling tidak separuhnya ditutup oleh industri dalam negeri," tandasnya. Artinya, sisanya akan ditutup dari impor.
Melihat potensi kenaikan permintaan itu, produsen kembali berlomba mengerek produksinya yang selama ini jauh di bawah kapasitas terpasang pabrik. Apalagi, bea masuk impor komponen alat berat dari Jepang turun dari 10% menjadi 5%. Sampai akhir 2009, kapasitas terpasang pabrik alat berat adalah 6.000 unit. Tapi, perusahaan baru memakai sepertiganya saja.
Keyakinan Dewo ternyata sama dengan sejumlah produsen alat berat. Makanya, mereka pun tidak ragu merilis berbagai alat berat baru yang siap dilempar ke pasaran.
PT United Tractors Tbk, salah satunya. Kemarin (2/3), distributor tunggal alat berat Komatsu di Indonesia ini meluncurkan tiga tipe baru excavator. Anak usaha PT Astra International Tbk ini mengklaim, ketiga tipe excavator tersebut sebagai alat berat berteknologi komtrax yang pertama di Indonesia. Teknologi ini adalah sebuah sistem berbasis web yang dikembangkan untuk memantau kondisi armada unit berat secara real time.
Dengan harga US$ 110.000 hingga US$ 120.000 per unit, excavator seri PC untuk kebutuhan pertambangan maupun agro industri tersebut diprediksi bisa menyumbang dua pertiga dari total penjualan United Tractors tahun ini. "Kami menargetkan bisa meraih pangsa pasar sekitar 47% dari total permintaan nasional yang diprediksi 7.000 hingga 8.000 unit tahun ini," kata Paulus Bambang W.S., Wakil Direktur Utama United Tractors.
Paulus mengungkapkan, aktifnya kembali sektor pertambangan serta perkebunan sejak kuartal IV 2009 akan mulai terasa manfaatnya terhadap industri alat berat di tahun 2010. Buktinya, "Beberapa produk sudah inden dua hingga tiga bulan," ujarnya.
Hingga akhir 2009, perusahaan milik Keluarga Soeryadjaya ini mencatat volume penjualan alat berat Komatsu sebanyak 3.111 unit. Pencapaian ini turun sekitar 28% dari penjualan di 2008.
Direktur Keuangan United Tractors Gidion Hasan menambahkan, penurunan penjualan tahun lalu terjadi hampir di semua lini industri. Ini lantaran pada 2009 krisis sempat melumpuhkan industri pertambangan, agribisnis, dan infrastruktur. United Tractors sendiri optimistis permintaan alat berat mereka tahun ini akan menanjak dibandingkan 2009. "Paling tidak naik 15% hingga 20% dari tahun lalu," tandas Paulus.
Apalagi, United Tractors sudah menggaet dukungan penuh Komatsu. Kini, perusahaan tidak lagi mengandalkan gudang Komatsu di Singapura. Soalnya, sejak 2007 silam, gudang Komatsu untuk memasok alat berat bagi United Tractors sudah berpindah ke Balikpapan, Kalimantan Timur.
"Sekarang sudah beroperasi maksimal sehingga layanan pada pelanggan khususnya yang banyak ada di Kalimantan menjadi lebih efisien," ujarnya. Paulus menyebutkan, sektor pertambangan masih akan menjadi sektor yang paling besar penyerapannya terhadap alat berat.
Makanya, tahun lalu, United Tractors mampu membukukan laba bersih Rp 3,82 triliun dengan pendapatan Rp 29,24 triliun. Nah, tahun ini, mereka yakin pendapatannya bisa tumbuh antara 10% hingga 15% dibandingkan tahun lalu. Keyakinan serupa juga datang dari PT Intraco Penta Tbk. Perusahaan alat berat ini yakin bisnisnya bakal semakin cemerlang tahun ini.
"Kami menargetkan sekitar 500 unit dari berbagai jenis alat berat bisa terjual," kata Fred L. Manibog, Direktur Keuangan Intraco. Dengan target itu, Intraco optimistis pendapatannya bisa tembus Rp 1,2 triliun atau 20% ketimbang 2009.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News