kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan telur di sektor consumer goods melandai


Jumat, 18 November 2016 / 18:26 WIB
Permintaan telur di sektor consumer goods melandai


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Harga telur ayam di tingkat peternak erjun bebas sejak September 2016 lalu. Penurunan harga telur ini terus berlanjut hingga pertengahan bulan November 2016 dan diprediksi akan bertahan hingga Maret 2017 mendatang. 

Koordinator Forum Peternak Layer Nasional (PLN), Ki Musbar mengatakan, ini disebabkan anjloknya permintaan dari industri consumer goods atau makanan sekitar 20% hingga 25%. Sementara produksi telur tetap tinggi sehingga pasokan melimpah di pasar.

Saat ini harga telur di tingkat peternak di Kota Blitar, Jawa Timur berada di kisaran Rp 13.000-Rp 13.700 per kilogram (kg). Harga tersebut belum termasuk biaya kirim ke Jakarta dan Bandung rata-rata Rp 1.000 Rp 1.200 per kg. 

Sementara, harga telur rata-rata di tingkat peternak nasional di bawah Rp 15.000 per kg. Pada kondisi normal, harga telur berada di kisaran Rp 18.000-Rp 19.000 per kg di tingkat peternak.

"Stok telur juga menumpuk di peternakan-peternakan Jawa Tengah dan Jawa Timur rata-rata tujuh hari lamanya, kondisi ini turut mempengaruhi penurunan harga telur di tingkat peternak di Banten dan Jawa Barat," ujar Musbar kepada KONTAN, Jumat (18/11).

Kondisi ini diperparah mahalnya harga bibit ayam atau day old chicken (DOC) Layer Rp 7.500-Rp 8.000 per ekor, jauh di atas Harga Pokok Produksi (HPP) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 4.800 per ekor. 

Selain itu, harga jagung pakan ternak juga stabil tinggi di kisaran Rp 4.100-Rp 4.300 per kg. Dengan kondisi seperti ini, Musbar mengatakan selama harga jagung dan DOC tidak sesuai dengan HPP maka berat bagi peternak layer untuk tetap bertahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News





[X]
×