Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) mengakui saat ini permintaan timah menurun karena dipengaruhi sejumlah sentimen ketidakpastian resesi global dan anjloknya pasar modal.
“Sangat turun demand-nya timah. Lagi susah jual. Bulan lalu para member AETI ada yang complain mereka susah jual barang mereka,” jelas Sekjen Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI), Jabin Sufianto kepada Kontan.co.id, Selasa (4/10).
Menurut Jabin potensi resesi membuat perusahaan-perusahaan cenderung wait and see dan menahan ekspansi.
Baca Juga: Sebelum Stop Ekspor Timah, Pelaku Usaha Butuh Peta Jalan Hilirisasi yang Realistis
“Ekspansi seharusnya memang wait and see. Mana ada yang mau investasi besar-besaran di saat kondisi makro sangat tidak menentu atau tidak ada kepastian,” terangnya.
Sedangkan anjloknya pasar modal dan pasar kripto diakui Jabin juga turut berdampak besar pada sentimen konsumen.
“Waktu pandemi, Amerika membagi-bagikan uang ke warganya untuk mereka spending. Ternyata banyak yang masuk ke crypto, sedangkan crypto crash,” ujarnya.
Di sisi lain, banyak pasar modal yang anjlok juga memberikan sentimen kurang baik kepada konsumen.
Dengan adanya ketidakpastian dan menurunnya permintaan timah ini, Jabin mencermati kebijakan pemerintah yang akan melarang ekspor timah dalam waktu dekat ini. Menurutnya kebijakan yang dampaknya besar ini harus memperhatikan potensi resesi global.
Baca Juga: Masih Dibahas, Larangan Ekspor Timah Mungkin Baru Berlaku Tahun Depan
Pasalnya jika pelarangan ekspor timah langsung diterapkan sepenuhnya bukan secara bertahap, akan terjadi gejolak PHK Masal di Bangka Belting.
Dia mengingatkan, jika pemerintah mau mendorong hilirisasi timah seharusnya tidak mematikan industri hulu.
“Jiwa dari hilirisasi juga ada unsur nilai tambah dan pembukaan lapangan kerja,” tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News