kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.986.000   17.000   0,86%
  • USD/IDR 16.835   40,00   0,24%
  • IDX 6.679   65,44   0,99%
  • KOMPAS100 965   12,40   1,30%
  • LQ45 750   8,15   1,10%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,00   1,04%
  • IDXHIDIV20 468   2,84   0,61%
  • IDX80 109   1,41   1,31%
  • IDXV30 115   1,81   1,60%
  • IDXQ30 128   1,06   0,84%

Permintaan turun, PGN hentikan FSRU Lampung


Rabu, 01 Juli 2015 / 11:23 WIB
Permintaan turun, PGN hentikan FSRU Lampung


Reporter: Febrina Ratna Iskana, Muhammad Yazid | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA.  PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) terpaksa menghentikan operasi Unit Penyimpan Regasifikasi Terapung atau floating storage and regasification unit (FSRU). Adalag penurunan permintaan gas jadi sebab.

Irwan Andri Atmanto, Jurubicara PGAS bercerita, FSRU Lampung sebenarnya sudah menyelesaikan proses konstruksi dan tes operasi pertama (commissioning) pada bulan November 2014. Bahkan, FSRU Lampung juga  sudah menerima kargo liquefied natural gas (LNG) perdana dari Lapangan Gas Tangguh, Papua sebesar 3.320.000 million metric british thermal unit (mmbtu).

FSRU Lampung juga sudah menyalurkan gas hasil regasifikasi itu melalui pipa transmisi Sumatera Selatran Jawa Barat (SSWJ) ke pembangkit PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Jawa Barat. Proses regasifikiasi sendiri berlangsung sampai Februari 2015 sesuai kebutuhan PLN.

Namun, "Sejak Februari lalu belum dilakukan lagi proses regasifikasi karena menyesuaikan  kebutuhan PLN akan bahan bakar gas yang bersumber dari LNG," kata Irwan ke KONTAN Selasa (30/6). Regasifikasi adalah proses perubahan fase LNG dari cair menjadi fase gas kembali.

Lanjut Irwan, sebagaimana FSRU di lokasi-lokasi lain di dunia, seperti di Dubai, FSRU tidak harus beroperasi penuh sepanjang tahun, namun menyesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Pola operasi FSRU Lampung itu  juga  mengikuti tingkat permintaan atau kebutuhan gas yang bersumber dari LNG di Jawa Barat dan Lampung.

"Kebutuhan gas yang bersumber dari LNG untuk pembangkit listrik, saat ini tengah menurun, namun kami harapkan  pulih dalam waktu dekat, sesuai dengan perkembangan ekonomi makro," ujarnya.

Selain itu, Irwan juga membeberkan, FSRU Lampung seperti umumnya proyek infrastruktur skala besar, kinerja finansial atau break event point tidak terjadi di tahun-tahun pertama pengoperasian. Di FSRU Lampung direncanakan break event operasi tercapai saat penyaluran mencapai 12-15 kargo per tahun.

Penyaluran gas tersebut lagi-lagi sangat ditentukan oleh perkembangan kebutuhan gas dari LNG oleh pembangkit listrik dan industri di Jawa Barat dan Lampung. Untuk penyaluran gas ke depannya, Irwan menyatakan, PGAS saat ini sedang melakukan pembicaraan dengan operator pembangkit listrik dan industri agar ada rencana perencanaan penyaluran yang lebih terperinci.

Seperti diketahui, pada pertengahan 2014, PGAS telah penandatangan kontrak perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) antara PGN dengan 14 industri di Lampung untuk menyalurkan gas.

Sejumlah industri besar yang akan menggunakan gas dari FSRU Lampung adalah PT Coca Cola Amatil Indonesia, PT Garuda Food Putra Prima, PT Nestle Indonesia, Novotel Lampung, PT Bumi Menara Internusa, PT Tunas Baru Lampung, PT Gizi Utama, PT Japfa Comfeed, PT Philips Seafood, Hotel Sahid Bandar Lampung, PT LDC Indonesia, PT Aman Jaya Perdana, Hotel Aston Lampung, dan Golden Dragon.

Penyerapan lemah

Direktur Utama PGN Hendi Prio Santoso menyatakan, sepanjang semester I-2015 terdapat penurunan penyerapan volume gas domestik sebesar 10%. Penurunan tersebut merupakan indikator adanya 22 segmen konsumen yang mengalami permintaan penurunan. Penurunan signifikan terjadi pada segmen industri yang terkait dengan konstruksi terutama industri penyedia bahan bangunan seperti besi atau semen.  "Penurunan 10% merefleksikan status ekonomi yang sedang lesu. Kami harap bahwa belanja pemerintah di infrastruktur bisa meningkatkan ekonomi menjadi lebih baik," katanya.

Pengamat migas Fahmi Radhi menilai dengan kondisi minim infrastruktur di wilayah Lampung dan sekitarnya seperti sekarang, PGN sulit mencetak untung.

"Karena itu, tidak ada pilihan lain bagi PGN  kecuali segera membangun infrastruktur di wilayah ini, untuk menunjang penjualan gas," kata Fahmi kepada KONTAN, Selasa (30/6).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×