Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Rencana manajemen Pertamina untuk menjual bensin dengan research octane number (Ron) 90 menjadi sorotan Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Pasalnya, bensin jenis ini tidak memiliki harga acuan yang jelas di tingkat global, layaknya Ron 92.
Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas Agung Wicaksono juga menilai, produk baru Pertamina ini tidak sesuai dengan rekomendasi Tim Tata Kelola Migas. Kata dia, jika Pertamina dan pemerintah ingin menghapus Ron 88, lebih baik langsung diganti dengan Ron 92, bukan lagi membuat varian baru. "Kalau Ron 92 jelas ada harganya di Mean of Platts Singapore (MOPS), kalau Ron 90 bagaimana menentukannya harga patokannya," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (19/4).
Karena itulah, ia minta agar penentuan harga Pertalite dibahas bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi VII. "Agar lebih transparan, karena produk baru ini tidak mengacu pada MOPS dan harganya tidak ada, dan belum jelas," tandasnya.
Vice President Fuel Marketing Pertamina, Muhammad Iskandar menjelaskan, harga Pertalite bakal ditentukan oleh Pertamina sendiri. Iskandar mengklaim, bahwa ketentuan harga keekonomian Pertalite sesuai dengan koordinasi Pertamina dengan Gaikindo dan Asosiasi Produsen Otomotif. "Yang menentukan harga Pertamina sendiri bukan pemerintah karena ini varian produk sesuai dengan tuntutan requirement dari produsen otomotif," terangnya.
Pertamina juga menegaskan Pertalite merupakan produk baru yang murni tidak disubsidi pemerintah. Karenanya perlakuan juga berbeda dengan bensin premium yang penetapan harganya ditentukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Fee penjual minyak
Meski masih ada kontra dengan tim reformasi, Iskandar mengungkapkan, saat ini harga bensin jenis Premium di luar Pulau Jawa, Madura dan Bali sebesar Rp 7.300 per liter, sedangkan di Jawa Rp 7.400 dan harga Pertamax Rp 8.600 per liter. "Kami ambil harga di kisaran tengahnya," jelas dia, usai diskusi Penghapusan BBM Premium, (19/4).
Sementara, Himpunan Pengusaha Minyak dan Gas (Hiswana Migas) meminta Pertamina segera menetapkan margin produk Pertalite. Hal ini supaya pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tertarik untuk memasarkan produk baru tersebut.
Ketua Hiswana Migas, Eri Purnomohadi mengungkapkan, saat ini margin Premium Ron 88 yang kini bukan lagi komoditas subsidi masih Rp 277 per liter.
Sementara itu, margin produk bensin Pertamax yang sama-sama nonsubsidi sudah mencapai Rp 375 per liter. "Kami berharap margin produk baru ini mendekati atau sama dengan Pertamax," tegasnya, kepada KONTAN, Minggu (19/4).
Menurut Eri, pengusaha SPBU menyambut baik rencana Pertamina mengeluarkan bensin jenis baru tersebut. Dengan munculnya produk baru ini, pengusaha SPBU juga berharap ada perbaikan margin yang diberikan Pertamina. "Rencana Pertamina tersebut merespon positif kebutuhan masyarakat dan mengantisipasi kompetisi dengan pesaing," tandasnya.
Menanggapi permintaan Hiswana Migas ini, Iskandar menyatakan, dalam pekan ini, Pertamina akan mengundang mereka untuk menentukan pasar penjualan Pertalite. Pertamina berjanji margin penjualan Pertalite kepada SPBU akan lebih bagus. "Kami tidak akan memaksa pengusaha," katanya.
Kalau tidak ada halangan, produk bensin baru ini akan mulai dijual di SPBU Pertamina pada awal Mei 2015 mendatang. Saat ini Pertamina tengah menyiapkan infrastruktur penjualan produk baru tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News