Reporter: Petrus Dabu | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. PT Pertamina (Persero) mendesak pemerintah untuk segera merenegosiasi harga gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dari LNG Tangguh, Papua yang diekspor ke Fujian, China. Perusahaan migas nasional ini menyatakan siap membeli LNG dari Tangguh dengan harga tiga kali lipat dari harga jual ke Fujian.
Vice President of Corporate Communication Pertamina, M.Harun, mengatakan, Pertamina saat ini membutuhkan tambahan komitmen pasokan LNG sebesar 1,5 juta metrik ton setahun untuk dipasok di Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) Teluk Jakarta. FSRU ini saat ini sedang dalam proses pembangunan dan diperkirakan akan beroperasi pada awal Maret 2012.
Kapasitas FSRU yang dioperasikan bersama dengan PT Perusahaan Gas Negara, Tbk sebesar 3 juta metrik ton per tahun. Namun, kata dia Pertamina baru mendapatkan pasokan LNG sebesar 1,5 juta metrik ton per tahun dari LNG Bontang, Kalimantan Timur.
Oleh sebab itu Pertamina memberanikan diri untuk mengajukan kepada pemerintah supaya bisa melakukan renegosiasi kontrak yang ada di Fujian. Gas yang kita jual ke Fujian itu harganya US$ 3,35 per MMBTU, Pertamina berani membeli 3 kali lipat lebih mahal dari harga Fujian," ujar Harun, Kamis (17/11).
Dengan menawarkan harga beli LNG dari Tangguh tiga kali lipat dari harga kontrak ke Fujian, ada tiga keuntungan sekaligus yang diraih Indonesia. Pertama, pemerintah diuntungkan karena pendapatan pemerintah naik. Kedua, memperbaiki keenomomian dari proyek Tangguh. Dan keuntungan ketiga, pasokan gas ke PT Perusahaan Listrik Negara untuk PLTU Muara Karang dan PLTU Tanjung Priok terjamin.
Saat ini, komitmen pasokan gas 1,5 juta metrik ton per tahun dari Bontang, pasokan gas untuk kedua pembangkit PLN tersebut masih 200 juta kaki kubik per hari (MMscfd). Apabila ada tambahan komitmen 1,5 juta metrik ton per tahun lagi, maka pasokan ke PLN bisa bertambah menjadi 400 MMscfd.
Pengamat Perminyakan, Kurtubi, mengatakan, pemerintah harus berani menyetop ekspor gas ke Fujian. "Sebab, harganya sangat tidak wajar dan tidak adil," ujar Kurtubi.
Apabila sudah ada keberanian, pemerintah menyiapkan ahli hukum yang andal karena Fujian kemungkinan akan mengajukan masalah tersebut ke pengadilan arbitrase. Kurtubi yakin, Indonesia menang karena menurutnya kontrak penjualan LNG ke Fujian ini sangat tidak adil.
Saat ini harga keekonomian gas di pasar Internasional mencapai US$ 17-US$ 18 per MMBTU. "Karena itu dengan harga pembelian US$ 3,35 per MMBTU saat ini, Indonesia mengalami kerugian sekitar US$ 4 miliar per tahun dengan asumsi setiap tahun Tangguh mengirim 100 kargo dan ICP sebesar US$ 110 per barel," ujar Kurtubi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News