Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan segera menetapkan harga bahan bakar minyak untuk April hingga Juni 2017. Nantinya, harga BBM tersebut akan ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan harga minyak tiga bulan terakhir.
Pergerakan harga minyak dunia dari Januari hingga Maret cenderung di atas US$ 50 per barel. Namun, PT Pertamina (Persero) memberikan siynal pemerintah tidak akan mengubah harga BBM penugasan, yaitu premium dan solar.
Direktur Pemasaran Pertamina, Muchamad Iskandar bilang, Pertamina siap menerima penugasan dari pemerintah dalam situasi apapun. Termasuk jika hingga 30 Juni 2017 nanti tidak ada perubahan harga BBM penugasan.
Ini berarti Pertamina akan siap menanggung defisit. "Sebenarnya kan dari Januari kemarin sudah defisit karena harga minyak sudah tembus di atas US$50 per barel," kata Iskandar pada Kamis (23/3).
Iskandar mengatakan, pemerintah saat ini masih melihat makro ekonomi dimana harga-harga bahan pokok seperti beras masih cukup tinggi. Sehingga jika harga BBM dinaikan maka akan meningkatkan inflasi. "Kalau ini naik inflasinya tambah gila. Itu ditahan dulu," paparnya.
Agar Pertamina tidak terus menanggung defisit terus menerus, Iskandar meminta pemerintah agar tidak menurunkan harga BBM ketika harga minyak turun. Sehingga ada surplus dari penjualan BBM penugasan yang bisa dipakai Pertamina untuk menutup defisit yang ditanggung selama ini.
"Kalau nanti sempet turun sampai US$ 40 per barel lagi ya, jangan sampai diturunkan, karena itu sebagai kompensasi yang setengah tahun itu minus. Itu memang kesepakatan," kata Iskandar.
Saat ini, harga minyak turun dan bergerak di bawah US$ 50 per barel. Pertamina mengasumsikan harga minyak tahun ini sebesar US$ 45 per barel.
Namun jika ke depan, harga minyak terus bergerak di atas US$ 50 per barel. Maka Pertamina menyerahkan keputusan kepada pemerintah. "Makanya evaluasinya setengah tahun nanti habis lebaran kan, kami akan evaluasi sama-sama dengan pemerintah lagi. Kalau memang tidak bisa nahan, apapun keputusan pemerintah," imbuh Iskandar.
Pasalnya, Pertamina tidak bisa menambal defisit penjualan BBM penugasan dari hasil penjualan BBM jenis lainnya seperti Pertamax Series. Pertamina juga tidak bisa menaikan harga Pertamax Series karena memiliki pesaing untuk jenis BBM tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News