Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Target Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi Logam Tanah Jarang (LTJ) yang terlihat melalui pembentukan Badan Industri Mineral, menurut Dewan Energi Nasional (DEN) masih terkendala anggaran riset yang cukup kecil.
Anggota pemangku kepentingan Agus Puji Prasetyono menyebut, perkembangan riset logam tanah jarang telah berjalan cukup baik, artinya kemampuan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dibidang ini sudah cukup memadai.
"Hanya saja anggaran riset di Indonesia masih cukup kecil bila dibanding negara tetangga. Saat ini anggaran (riset) masih dibawah 1% dari APBN," ungkap Agus kepada Kontan, Senin (25/08).
Baca Juga: Perhapi Ungkap Perlu Alokasi Dana Khusus untuk Kegiatan Eksplorasi Logam Tanah Jarang
Ia menambahkan, saat ini pemerintah belum memiliki data rincian terkait potensi cadangan LTJ di Indonesia, sehingga kedepan, jika memang ingin mengembangkan LTJ, potensi-cadangan diperlukan agar Indonesia memiliki roadmap yang jelas.
"Mengenai pendataan potensi cadangan rare earth, memang perlu dilakukan, agar kedepan kita bisa merencakan dan membuat roadmap secara lebih terstruktur," tambahnya.
Lebih lanjut, Agus bilang dana khusus diperlukan disisi industri LTJ, karena proses peningkatan nilai tambah mineral jenis ini memerlukan peralatan yang cukup canggih dan berteknologi tinggi.
"Namun tentu perhitungan keekonomian dan penguasaan teknologi harus dikalkulasi secara hati-hati," tambahnya.
Adapun terkait pendanaan riset, mengutip hasil kajian Research & Development World (R & D World), besaran anggaran riset yang berasal dari APBN dan non-APBN bersifat fluktuatif dari tahun ke tahun.
Anggaran riset 2021 sebesar US$ 2 miliar, naik menjadi US$ 8,2 miliar (2022), kemudian naik lagi menjadi US$ 12,10 miliar (2023), lalu kembali turun menjadi US$ 4,5 miliar (2024).
Rasio anggaran riset juga masih sangat rendah, yaitu antara 0,2 persen-0,3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dalam 10 tahun terakhir.
Jika dibandingkan, berdasarkan World Bank, angka riset Indonesia masih kalah jauh dibandingkan China (2,08 persen), Singapura (1,98 persen) ataupun Malaysia (1,15 persen).
Baca Juga: Dapat Perhatian dari Prabowo, Timah (TINS) Kebut Pengembangan Logam Tanah Jarang
Selanjutnya: APBN 2026 Dikhawatirkan Sulit Dorong Pertumbuhan Ekonomi karena Beban Utang
Menarik Dibaca: Penting Diketahui! Inilah Gejala Gagal Ginjal dan Penyebabnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News