kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertamina dan Sonangol belum sepakati harga


Senin, 10 November 2014 / 11:04 WIB
Pertamina dan Sonangol belum sepakati harga
ILUSTRASI. Dapatkan Promo Akulaku Paylater dengan Diskon Semua Produk PegiPegi Rp 50.000


Reporter: Agustinus Beo Da Costa, Havid Vebri, Pratama Guitarra | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui PT Pertamina pada, Senin (9/11) ini akan membicarakan soal harga impor minyak sebesar 100.000 barel barel per hari (bph) dari Sonangol EP, asal Angola.  Sebelumnya, pemerintah mengklaim harga minyak dari Sonangol akan lebih murah 25% karena mendapatkan diskon.

Seperti diketahui, sebelumnya, Menteri ESDM Sudirman Said menyatakan, pembelian minyak mentah dari Sonangol EP bakal menghemat pengeluaran negara sebesar US$ 2,5 juta atau sekitar Rp 30 miliar sehari. Bahkan bila Indonesia mampu membeli 100.000 bph, nilai impor minyak yang selama ini dibelanjakan bisa ditekan hingga 25%.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama Pertamina, Muhamad Husen, mengungkapkan, soal harga minyak mentah yang akan diimpor dari Sonangol EP sampai saat ini belum bisa dijelaskan karena memang belum disepakati. "Perundingannya baru mulai Senin (10/11), jadi hal-hal seperti itu belum dibicarakan," tandas dia kepada KONTAN, kemarin (9/11).

Meski belum ada kesepakatan harga, kata Husen, Pertamina perlu menjalin kerjasama dengan Sonangol EP. Alasannya, saat ini sentra perdagangan minyak mulai bergeser, dari kawasan Timur Tengah ke negara-negara Afrika, termasuk Angola.

Dengan melakukan kerjasama, Husen berharap, awal tahun 2015 Sonangol EP sudah dapat memasok minyak ke Indonesia. "Pengiriman minyak dan gas bumi yang pertama kali diharapkan berlangsung awal tahun depan," kata dia.

Dia menjelaskan,  saat ini Pertamina sudah menyiapkan dana sebesar Rp 200 triliun selama lima tahun ke depan, atau dari 2015-2020. Anggaran itu disiapkan untuk meningkatkan kapasitas kilang minyak Pertamina.

Dengan investasi itu, kapasitas kilang Pertamina akan ditingkatkan dari 1,04 juta barel per tahun menjadi 1,54 juta barel per tahun pada 2020. Dengan penambahan kapasitas dan jaminan impor minyak mentah dari Sonangol EP dapat mencukupi kebutuhan minyak dalam negeri. 

Pengamat Kebijakan Energi Sofyano Zakaria menyatakan, rencana kerjasama pembelian minyak dari Sonangol EP perlu dikaji ulang. "Apakah benar dengan membeli minyak dari Anggola akan  memberikan penghematan kepada negara sebesar 25%? kata dia.

Dia mencontohkan, jika benar terjadi penghematan, artinya harga jual minyak dari  Sonangol EP ke Pertamina harus lebih murah 25% daripada standar harga minyak yang berlaku di pasar dunia. 

Jika saat ini harga minyak dunia rata rata di angka US$ 86 per barel, maka apakah Sonangol EP akan menjual ke Indonesia dengan harga di sekitar 
US$ 64,5 per barel. "Saya tidak yakin. Sebaiknya Menteri ESDM yang menjelaskan ke publik apa yang dimaksud dengan bisa hemat sebesar 25%, jika Pemerintah Indonesia membeli minyak dari Angola?" tutur dia.

Sofyano beralasan, mayoritas produksi minyak di Angola dihasilkan perusahaan migas multinasional, bukan hanya Sonangol EP. Ia pun menyimpulkan, Sonangol EP tidak bisa menentukan harga sendiri, dan harus mendapatkan persetujuan dari pemain lain di blok-blok migas yang dikuasai Sonangol EP dan mitranya itu "Nah, apakah partner Sonangol EP itu juga setuju, pihak Sonangol EP menjual minyak ke Indonesia dengan harga yang lebih murah 25% ketimbang mereka  menjual ke negara lain?" tanya dia.

Dia bilang, Energi Intelegence Research tahun ini merilis, bahwa jenis minyak asal Angola terdiri dari 4 jenis, yaitu:  crude jenis Cabinda terdapat saham Chevron sebesar 39,2%, Total 10%, ENI 9,8% dan Sonangol 41%. Untuk crude jenis Girassol, Total dan Sonangol 40%, Exxon 20%, BP 16,67% dan Statoil 23,33%.

Lalu, untuk crude jenis Kisasanje Blend: Exxon 40%, BP 26,6%, ENI 20% dan Statoil 13,33%. Untuk crude jenis Kuito, Chevron 31%, Sonangol 20%, Total 20%, ENI 20% dan Petrogal 9%. Terakhir, untuk Crude jenis Cabinda , Chevron 39,2%, Sonangol 41%, Total 10% dan ENI 9,8%.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×