Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
Pada sisi laba bersih, dari target sebesar US$ 845 juta di 2019, Jamsaton menyebut hingga November pihaknya sudah berhasil meraup laba bersih sebesar US$ 790 juta. Menurutnya, dengan realisasi produksi minyak dan laba bersih yang dicapai, PEPC menjadi kontributor terbesar di antara anak usaha Pertamina.
"Kinerja keuangan (PEPC) tahun ini masih bagus, bisa sesuai rencana, keuntungan tercapai. Bahkan target (produksi minyak) APBN pun sudah dicapai," ujar Jamsaton.
Baca Juga: Tahun depan, Pertamina EP alokasikan US$ 90 juta untuk eksplorasi potensi cadangan
Adapun, pada tahun depan, laba bersih PEPC ditargetkan US$ 852 juta dengan asumsi produksi minyak bagian PEPC setidaknya bisa stabil di angka 96.16 ribu bph. Jatah minyak PEPC dihitung dengan asumsi target produksi minyak Blok Cepu pada tahun depan sebesar 214.000 bph.
Target tersebut dihitung dengan mengasumsikan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) sebesar US$ 68.02 per barel. Asumsi itu sejalan dengan realisasi rerata harga minyak hingga November kemarin sebesar US$ 68,52 per barel.
Menurut Jamsaton, pergerakan harga minyak akan sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, sehingga berdampak terhadap laba. "Angka target laba didasarkan kepada asumsi ICP tahun depan yang disusun berdasarkan asumsi ICP korporat dan berlaku untuk semua anak perusahaan Hulu," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News