Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Pertamina (Persero) resmi mengoperasikan delapan infrastruktur minyak dan gas bumi (migas) dengan nilai investasi senilai Rp 687,3 miliar.
Direktur Utama Pertamina, Dwi Sutjipto mengklaim, kedelapan proyek tersebut merupakan implementasi nyata dari 5 pilar prioritas strategis Pertamina untuk bisa menjadi global champion.
Kedelapan proyek tersebut meliputi proyek relokasi dan penambahan kapasitas storage Depot LPG Tanjung Priok, pipanisasi Avtur dari Terminal BBM Tanjung Perak-DPPU Juanda Surabaya. Kemudian fasilitas filling station LNG plant 26 Bontang, 3 fasilitas pengisian bahan bakar Liquefied Gas for Vehicle (LGV) dengan merek dagang Vigas, dan dua unit Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) Online.
Proyek relokasi dan penambahan kapasitas storage Depot LPG Tanjung Priok dilakukan dengan memindahkan 10 tanki penimbunan LPG, filling sheddan fasilitas penunjang, serta membangun tanki LPG baru berkapasitas 4x2.500 MT. "Dengan demikian keenam proyek itu senilai Rp 440 miliar," terangnya di Lokasi Depot LPG Tanjung Priuk, Selasa (14/7).
Dia bilang, proyek tersebut mampu meningkatkan kapasitas tampung Depot LPG Tanjung Priok dari 9.000 MT menjadi 19.000 MT. Hal itu guna meningkatkan penyediaan LPG untuk wilayah Jawa Bagian Barat.
Untuk proyek pipanisasi Avtur dari Instalasi Surabaya Group di Tanjung Perak ke DPPU sepanjang 35,19 km dengan kapasitas laju alir 200 Kilo Liter (KL) per jam yang menelan dana investasi senilai Rp 106,7 miliar. "Dengan pipanisasi tersebut, Pertamina dapat menghemat ongkos angkut Avtur sekitar Rp 11,24 miliar per tahun," klaimnya.
Kemudian, pembangunan fasilitas filling station LNG plant 26 Bontang senilai Rp 8 miliar dimaksudkan untuk mendorong lebih cepat program konversi BBM ke LNG, dengan sasaran pertama perusahaan tambang yang beroperasi di Kalimantan.
Apabila seluruh potensi pasar LNG di Kalimantan dapat tergarap, jelas Dwi, maka program konversi BBM ke LNG bisa memberikan potential saving sekitar US$ 770 juta per tahun dan penghematan devisa US$ 2,5 miliar.
Adapun, tiga proyek fasilitas pengisian bahan bakar LGV telah dilaksanakan di SPBU COCO Solo Baru, SPBU COCO Margonda, Depok, dan SPBU DODO di Bogor masing-masing berkapasitas 6 MT dengan kapasitas pengisian dispenser 40 liter per menit-100 liter per menit. Dengan adanya proyek senilai total Rp 4,7 miliar tersebut, kini total jumlah SPBU yang menyediakan fasilitas pengisian bahan bakar LGV mencapai 21 unit.
Sementara itu, dua unit SPBG COCO online di Cililitan dan Pulogadung, Jakarta Timur dengan total nilai investasi Rp 127,9 miliar juga segera dioperasikan untuk mendukung program konversi BBM ke bahan bakar gas. Masing-masing SPBG tersebut memiliki kapasitas sebesar 1 mmscfd atau 30.000 liter setara premium.
"Dengan proyek-proyek ini, keberadaan Pertamina sebagai holding energy tidak hanya ingin menciptakan value bisnis bagi perusahaan, tetapi lebih dari itu untuk mendukung terwujudnya kemandirian energi nasional dan melayani kebutuhan masyarakat," pungkasnya.
Dilokasi yang sama, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas, Kementerian ESDM, I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja mengapresiasi aksi-aksi yang dilakukan oleh Pertamina untuk mendukung program-program pemerintah, mulai dari konversi Minyak Tanah ke LPG hingga saat ini konversi BBM ke bahan bakar gas.
"Pertamina harus diakui telah banyak berkontribusi bagi upaya pemenuhan kebutuhan energi nasional dengan terus berinvestasi untuk pembangunan infrastruktur," jelasnya.
Dari resminya delapan proyek ini, tandas Wiratmaja, bisa memudahkan akses bagi masyarakat akan energi yang berkualitas dan ramah lingkungan. "Untuk itu sangat layak Pertamina menjadi kebanggaan kita bersama," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News