Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
Selain itu, peralatan pemadam dan foam tetap standby di sekitar area tanki. Dengan begitu, jika ada titik api yang kembali muncul sudah dapat diantisipasi sebagai bagian dari proses pendinginan. Pengawasan 24 jam juga terus dilakukan dan Offensive fire fighting segera dilakukan apabila ditemui ada titik api yang muncul kembali.
Untuk itu, Pertamina juga meminta dukungan dan doa masyarakat agar pihaknya dapat menangani insiden tersebut hingga benar-benar aman.
Agus menjelaskan bahwa sejak insiden terjadi, Pertamina juga telah membentuk tim investigasi internal yang bekerja sama dengan aparat penegak hukum (APH). Pertamina membuka seluas-luasnya akses kepada APH untuk melakukan investigasi.
Sebagai informasi per Selasa (30/3) pasokan bahan bakar minyak (BBM) di klaim masih aman, terdiri dari pasokan gasoline (bensin) nasional yang mencapai 10,5 juta barel, gasoil (solar) sebanyak 8,8 juta barel dan Avtur sebanyak 3,2 juta barel.
Baca Juga: Jelang Ramadhan, Pertamina gelar diskon BBM Rp 300 per liter
Adapun Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu mengungkapkan potensi untuk menambah impor BBM tidak dapat dipungkiri. Logikanya, ketika kapasitas kilang nasional adalah 800.000 bph, sedangkan konsumsi BBM nasional mencapai 1,2 juta bph, artinya sekitar 400.000 bph dipenuhi lewat impor BBM. Sementara itu, produksi untuk Kilang Balongan sebelum kebakaran adalah 125.000 bph.
"Di tengah sulitnya mendapat devisa, ada kebakaran sehingga Pertamina akan mengimpor sekitar produksi balongan. Ada kurang 100.000 bph harusnya impor, logikanya kaalau ada kurang produksi ya impor," jelas Said dalam diskusi daring yang digelar Jumat (2/4).
Said juga menekankan, meskipun kelangkaan BBM di masyarakat kemungkin bisa diatasi, tapi Pertamina tetap harus mengimpor dan mengeluarkan devisa senilai 125.000 bph untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lantaran Kilang Balongan tidak beroperasi sementara.