Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
Ginanjar bilang, saat ini proyek IPP berkapasitas 1.200 Megawatt (MW) itu masih dalam proses pematangan lahan (soil test). Menurut Ginanjar, pembangkit yang memiliki opsi untuk terintegrasi dengan Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) ditargetkan bisa rampung tiga tahun sejak penuntasan pendanaan alias financial close (FC).
Adapun, FC tersebut ditargetkan bisa terjadi satu tahun setelah keluarnya Letter of Intent (LoI) dari Perdana Menteri Bangladesh. Sementara untuk saat ini, sambung Ginanjar, PPI sudah mengantongi persetujuan dari Bangladesh Power Development Board (BPDP) untuk proposal teknis dan komersial.
Baca Juga: Sumitomo, Mitsubishi dan Mitsui bersaing jadi mitra Pertamina Power di Bangladesh?
Ginanjar bilang, pihaknya pun tengah menunggu persetujuan serupa dari Perdana Menteri Bangladesh, termasuk untuk LoI. "Tinggal menunggu approval dari Perdana Menteri, LoI juga keluarnya dari beliau," imbuh Ginanjar.
Lebih lanjut, Ginanjar mengungkapkan bahwa estimasi sementara untuk investasi di IPP Bangladesh ini berkisar pada US$ 1,4 miliar - US$ 1,6 miliar. Jumlah itu sedikit lebih rendah dari estimasi awal yang ditaksir sebesar US$ 1,8 miliar - US$ 2 miliar. "Ini kan masih ballpark, kami masih coba tajamkan," katanya.
Ginanjar mengatakan, pembiayaan proyek ini menggunakan skema project financing (PF). "Tapi di tahap awal, pra-project (IPP Bangladesh) menggunakan dana in-house dulu," imbuhnya.
Sementara itu, terkait dengan partner baru pengganti Marubeni, Ginanjar tak menyebut detail kriteria yang diinginkan PPI.
Yang jelas, sambung Ginanjar, calon pengganti Marubeni tak hanya perusahaan asal Jepang. Ginanjar bilang, pihaknya pun tak menutup kemungkinan untuk menarik mitra IPP yang berasal dari Indonesia.
Ginanjar menekankan, pemilihan mitra akan dipilih berdasarkan sistem penyeleksian dari Pertamina. "Semua kemungkinan itu ada. Kita ada sistem, kita pilih sesuai sistem," ungkap Ginanjar.
Baca Juga: Kongsi Pertamina dan Marubeni Tak Boleh Bubar
Namun, Ginanjar tak menampik bahwa kandidat calon pengganti Marubeni banyak yang berasal dari Negeri Sakura. Sebut saja antara lain, Sumitomo, Mitsubishi dan Mitsui. "Nama-nama tersebut ada di sistem kami," ujar Ginanjar.
Terkait proyek pembangkit tenaga gas di Bangladesh ini, Kontan.co.id telah berupaya meminta konfirmasi dari pihak Marubeni. Sayangnya, hingga tulisan ini dibuat, perwakilan Marubeni Indonesia, Slamet Muhadi, masih belum bersedia menanggapi permintaan konfirmasi Kontan.co.id.