Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang usia 63 tahun, langkah PT Pertamina (Persero) meningkatkan pelayanan energi serta menjawab era digital terus berlanjut dan menunjukkan hasil nyata.
Sejumlah inisiatif digitalisasi telah berjalan dan diimplementasikan dalam proses bisnis mulai dari sektor hulu hingga hilir.
Untuk sektor pelayanan publik, dalam rangka memperkuat pemantauan penyaluran BBM, memasuki kuartal ketiga 2020, Pertamina telah melakukan instalasi dan integrasi sistem untuk 5.518 SPBU atau 100% rampung.
Baca Juga: Pertamina Paparkan Strategi Bangkitkan Bisnis UMKM Pasca Pandemi
Selanjutnya, Pertamina sedang memasuki tahap data entry dalam sistem dasbor SPBU yang telah mencapai 95% dan ditargetkan akan tuntas pada akhir 2020.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menjelaskan, digitalisasi merupakan salah satu tren dunia yang tidak dapat dihindarkan dan telah menyentuh berbagai sektor industri, termasuk industri migas dan energi.
Oleh karena itu, sebagai perusahaan energi nasional yang mengemban visi menuju kelas dunia, Pertamina sangat serius untuk menjalankan program digitalisasi di seluruh sektor bisnis secara simultan dari hulu, pengolahan, hilir, serta sistem tata kelola perusahaan.
“Di sektor hilir, kami berkomitmen tinggi melayani energi nasional lebih baik dengan mewujudkan digitalisasi SPBU dan Terminal BBM sehingga dapat memantau ketersediaan dan ketahanan pasokan BBM di setiap wilayah, stok dan penjualan BBM, serta transaksi di SPBU sekaligus dapat meningkatkan pengawasan penyaluran BBM Penugasan dalam satu sistem monitoring dasbor,” ungkapnya dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Selasa (3/11).
Di sektor pengolahan, saat ini Pertamina juga telah berhasil mengimplementasikan aplikasi digital dalam rangka mengatur penjadwalan pemeliharaan kilang yang sudah diterapkan di Kilang Balongan dan Kilang Dumai. Bahkan ke depan, Pertamina akan memperluas aplikasi ini ke kilang lainnya yaitu Kilang Cilacap, Kilang Plaju, dan Kilang Balikpapan.
Digitalisasi dinilai dapat membantu mempercepat pengambilan keputusan sehingga operasional menjadi lebih cepat dan efisien. Sistem digital yang dipasang di kilang Pertamina dapat mengoptimalkan jadwal pemeliharaan yang bertujuan menghindari terjadi downtime dan kinerja keselamatan kerja di lapangan.
Baca Juga: Berkat Ahok, kini milenial jadi Dirut dan Direksi di anak usaha Pertamina
“Melalui sistem tersebut, Pertamina dapat menyiapkan proyeksi pemeliharaan yang terintegrasi melalui adopsi advanced analytics untuk meminimalisir terjadinya unplanned shutdown kilang, sehingga meningkatkan keandalan operasional dalam memenuhi kebutuhan energi nasional,” jelas Fajriyah.
Dia menambahkan, di sektor hulu yang menyumbang keuntungan utama perusahaan, Pertamina juga telah melakukan transformasi digital dengan membangun Upstream Cloud dan Big Data Analytic sebagai bagian dari optimasi penggunaan aplikasi Petrotechnical yang tersentralisasi dan terintegrasi.
Di luar itu, Pertamina juga sudah melakukan enam program utama digitalisasi yaitu Loyalty Program, Digital Refinery, Knowlegde Management & Best Practice in Upstream, Digital Procurement, dan Digitalisasi Korporat. Bentuk Digitalisasi Korporat di antaranya adalah pengimplementasian manajemen dokumen berupa p-office dan digital signature yang lebih terintegrasi.
Di era industri 4.0, Pertamina akan melakukan transformasi digital secara terus-menerus, karena langkah ini dapat berkontribusi terhadap nilai tambah perusahaan sebagai ujung tombak penyediaan energi nasional.
"Melalui digitalisasi dalam proses pengadaan barang dan jasa, diprediksi Pertamina dapat memberikan kontribusi efisiensi terbesar sekitar Rp 1,5--Rp 2 triliun per tahun,” tandas Fajriyah.
Selanjutnya: Ini upaya-upaya Pertamina mengembangkan energi hijau
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News