Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perum Bulog mencatat hingga 12 Mei 2020, memiliki utang kepada bank pemerintah sebesar Rp 18,1 triliun. Utang tersebut berasal dari pinjaman perbankan untuk menjalankan penugasan pembelian beras untuk cadangan beras pemerintah (CBP).
Direktur Keuangan Bulog Triyana mengatakan, sejak Januari tahun ini nilai utang tersebut sudah berkurang sekitar Rp 6,6 triliun dari posisi utang 2019 yang sebesar Rp 24,7 triliun. Posisi utang 2019 pun menurun dari utang 2018 yang sebesar Rp 27 triliun.
Triyana menjelaskan, Bulog memiliki utang kepada bank pemerintah dikarenakan Bulog harus melakukan penyerapan gabah/beras untuk menjaga stok CBP.
Baca Juga: Waduh, Bulog punya utang sebesar Rp 29,20 triliun ke tiga bank ini
"Utang tersebut terjadi karena Bulog harus menjaga stok CBP pada level 1 juta sampai 1,5 juta ton setiap saat, dimana sumber dana untuk pengadaan diadakan oleh Bulog sendiri yaitu dari pinjaman," ujar Triyana kepada Kontan, Senin (15/6).
Triyana juga menjelaskan, posisi utang Bulog akan selalu berhubungan dengan besaran stok beras yang dimiliki, dimana pada 2018 stok beras Bulog sekitar 2,1 juta ton, di 2019 sekitar 1,95 juta ton dan hingga 12 Juni, stok beras sebesar 1,35 juta ton.
Dia menjelaskan, posisi utang Bulog akan terus meningkat bila penyerapan gabah/beras terus dilakukan. Namun, utang tersebut akan berkurang bila Bulog berhasil menyalurkan CBP, pasalnya hasil yang didapatkan dari penyaluran CBP akan dipakai untuk membayar pinjaman.
Baca Juga: Hingga pertengahan Juni, Bulog telah menyerap 555.000 ton beras
"Jadi ini bukan merupakan masalah yang serius apabila masih dalam kerangka penugasan, yaitu antara 1 juta sampai 1,5 juta ton," terang Triyana.
Adapun, CBP disalurkan melalui program Ketersediaan Pangan dan Stabilisasi Harga (KPSH) dimana program ini menjadi langkah Bulog untuk menstabilkan harga beras di pasar.