Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Perwakilan petambak plasma udang windu di area pertambakan Aruna Wijaya Sakti (dulu Dipasena Citra Darmaja) masih sabar menunggu jawaban dari Presiden. Mereka meminta pemerintah turun tangan lantaran PT CP Prima tak memenuhi target program revitalisasi tambak di Lampung itu.
Sudah dua kali petambak mengirim surat ke Presiden. Terakhir, 12 Februari lalu, perwakilan petambak kembali meminta pemerintah mengambil langkah setelah proses revitalisasi tambak ex Dipasena itu terkatung-katung. Dampaknya, nasib ribuan petambak plasma jadi tak jelas.
Dalam suratnya, petambak meminta Presiden tidak lepas tangan setelah menjual aset negara sekaligus mendesak CP Prima menjalankan revitalisasi. "Jika CP Prima tidak mampu, tender harus ditinjau ulang," ujar Wakil Ketua Perhimpunan Petambak Plasma Udang Windu (P3W) Thowilan, Selasa (17/2).
Revitalisasi baru 3%
Thowilan mengungkapkan, sampai saat ini CP Prima tidak mampu memenuhi janji rencana revitalisasi tambak ex Dipasena. Padahal sebelumnya, CP Prima telah menyatakan komitmennya kepada pemerintah mengoperasikan tambak seluas 186.000 hektare itu setelah mengakuisisi tahun 2007 lalu.
Namun, imbuh Thowilan, karena alasan krisis global secara sepihak CP Prima telah menghentikan revitalisasi sejak Januari 2009. "Akibatnya, nasib banyak karyawan dan petambak terkatung-katung," kata Thowilan kesal.
Sebelum penghentian revitalisasi itu, CP Prima baru melakukan revitalisasi 3% dari total tambak yang berjumlah 16 blok. "Yang sudah direvitalisasi baru 1,5 blok seluas 150 hektare. Padahal perjanjiannya dulu 16 blok dalam 18 bulan," kata Thowilun.
Pihak CP Prima menampik tudingan perwakilan para petambak ini. "Tidak benar kabar itu. Sampai sekarang, revitalisasi masih berjalan, tapi bertahap," jelas Fajar Reksoprodjo, Manajer Komunikasi PT CP Prima.
Sebagai bukti telah melakukan revitalisasi dengan baik, Fajar merujuk kepada tambak Wachjuni Mandira (WM) yang berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Desember 2007 kemarin.
Namun, Fajar mengakui, sejak krisis global, CP Prima telah menekan belanja modal supaya kelangsungan perusahaan tetap berjalan. CP Prima menerapkan prinsip kehati-hatian sehingga sementara ini, revitalisasi diperlambat. "Kami sedang menjadwal ulang revitalisasi. Masyarakat perlu tahu, kami satu-satunya perusahaan yang melakukan revitalisasi pertambakan udang," ujar Fajar.
Dirjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Made L. Nurjana mendesak CP Prima secepatnya memberdayakan karyawan inti di tambak bumi ex Dipasena. Tapi, pemerintah tidak bisa menekan lantaran revitalisasi adalah urusan bisnis perusahaan. "Pemerintah hanya mendorong supaya secepatnya diberdayakan, jangan sampai potensi yang ada terbengkalai," ujar Made.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News