kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.267.000   -15.000   -0,66%
  • USD/IDR 16.638   8,00   0,05%
  • IDX 8.166   73,60   0,91%
  • KOMPAS100 1.140   14,92   1,33%
  • LQ45 837   14,10   1,71%
  • ISSI 284   1,36   0,48%
  • IDX30 440   7,08   1,63%
  • IDXHIDIV20 508   9,69   1,94%
  • IDX80 129   2,21   1,75%
  • IDXV30 138   1,87   1,37%
  • IDXQ30 140   1,63   1,17%

Petani Tembakau Terpuruk, APTI Sebut Harga Anjlok hingga 40%


Rabu, 29 Oktober 2025 / 18:58 WIB
Petani Tembakau Terpuruk, APTI Sebut Harga Anjlok hingga 40%
ILUSTRASI. Seorang buruh, memanen tembakau, di Desa Larangan Tokol, Pamekasan, Jatim, Selasa (20/8). ANTARA FOTO/Saiful Bahri/ss/MES/13. Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (DPN APTI) mengungkapkan kondisi petani tembakau saat ini kian terpuruk.


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (DPN APTI), Agus Parmuji, mengungkapkan kondisi petani tembakau saat ini kian terpuruk. 

Ia menyebut, situasi ekonomi petani sudah berada di “stadium 4” akibat lemahnya penyerapan industri dan tekanan regulasi yang memberatkan sektor tembakau.

“Sekarang ini keadaan petani tembakau bisa dikatakan menangis, bapak belur. Pada musim panen tahun ini, kompetisi pembelian dari industri semakin berkurang, harga pun cenderung turun,” kata Agus kepada Kontan, Rabu (29/10/2025).

Menurutnya, kondisi panen kali ini lebih buruk dibandingkan 5–10 tahun lalu, meski faktor cuaca tidak jauh berbeda. Di tingkat petani, banyak hasil panen tembakau yang masih tersisa lantaran tak terserap industri.

Baca Juga: Menteri ESDM Turunkan Tim Telusuri Gangguan Kendaraan di Jatim Usai Gunakan Pertalite

Agus menjelaskan, lemahnya serapan tersebut dipicu kebijakan cukai hasil tembakau yang naik hampir setiap tahun. 

“Regulasi selama ini terlalu menekan industri. Ketika industri ditekan, dampaknya sampai ke petani. Tahun depan pun penundaan kenaikan cukai belum tentu berdampak, karena tahun ini kami sudah terpuruk,” ujarnya.

Agus memperkirakan produksi tembakau nasional menurun sekitar 25% secara keseluruhan, sementara harga di tingkat petani anjlok hingga 40%. 

“Sisa tembakau masih banyak di tangan petani. Padahal dulu tanaman ini menopang ekonomi desa dan menjadi alternatif saat musim kemarau,” ujarnya.

Ia menilai penurunan ini sebagai kerugian besar bagi bangsa. 

“Yang dulu bisa menghidupi rakyatnya, kini dibiarkan hangus. Kalau terus begini, tembakau lokal bisa kalah oleh impor. Ini penjajahan model baru,” tegasnya.

APTI meminta pemerintah, terutama Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Pertanian duduk bersama dengan industri dan petani untuk mencari formula perlindungan yang adil.

“Sekarang ini semua jalan sendiri-sendiri. Industri punya kepentingan sendiri, petani sendiri, kementerian juga sendiri-sendiri. Harapan kami mereka bisa duduk bersama, menyusun langkah konkret agar hasil panen terserap dan industri tetap jalan,” kata Agus.

Ia juga menyoroti maraknya rokok ilegal yang menggerus pasar produk legal. Menurutnya, pemerintah harus mendorong pelaku usaha rokok ilegal untuk masuk ke sistem legal agar peredaran produk lebih terkontrol dan penyerapan tembakau di daerah menjadi jelas.

“Masa yang legal disuruh bertempur dengan yang ilegal? Kasihan yang legal dari segi harga dan pasar,” ujarnya.

Agus berharap Presiden RI dan Menteri Keuangan bisa menjadi motor penggerak koordinasi lintas kementerian untuk menyelamatkan sektor pertanian tembakau.

“Sentra pertanian tembakau di 12 provinsi selama ini membantu pemerintah menggerakkan ekonomi desa dan menyerap tenaga kerja. Tapi sektor ini seperti tak terpikirkan. Kami butuh percepatan perlindungan,” tuturnya.

Menurut Agus, pemerintah seharusnya tidak hanya berbicara soal industri, tapi lebih dulu memperhatikan nasib petani. 

“Petani tembakau ini petani yang mulia, tidak dapat subsidi pupuk, pasar dibiarkan liar, tapi tetap bertahan. Kalau dibiarkan, bisa terjadi tsunami kehancuran ekonomi di sentra pertembakauan,” pungkas Agus.

Baca Juga: Industri Cat Nasional Bidik Peluang Ekspor Lewat Kesepakatan IEU-CEPA

Selanjutnya: Emiten Grup Pelindo (IPCC) Meraup Cuan dari Lonjakan Impor dan Ekspor Mobil

Menarik Dibaca: 5 Sayuran yang Lebih Sehat jika Dimasak daripada Dimakan Mentah, Apa Saja?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×